Sunday, December 15, 2013

Sepanjang kurang lebih 60 kilometer


matahari yang menyelamatkan kita dari malam yang gelap. dengan dingin yang senantiasa menjadi selimut tanpa pernah kita minta. tidak terasa sudah hampir berhari-hari—entah kenapa aku menganggap ini sudah lama sekali—setelah kau tak pernah lagi membalas pesan singkatku. daun-daun pohon belimbing yang mulai jatuh dan menumpuk di halaman rumah. dan bercangkir-cangkir kopi, yang menemani mata kosongku di meja kamar. tempat senantiasa aku memandangi banyak fotomu yang aku simpan di komputer.

matahari dan bulan, dua tokoh yang selalu kita misalkan dengan diri kita masing-masing. sudah terlalu banyak mungkin, suka dan duka menjadi senyuman dan tak pula konflik. namun, masih saja kita selalu membuat diri kita tertawa, dengan berbagai hal di sekitar. hari ini, entah tepat atau tidak, entah sama atau tidak. aku telah mengulangi lagi, hal-hal yang selalu kamu lalui ketika pulang ke rumah.

—erat lingkar tanganmu di perutku. selalu dapat aku rasakan, ketika hujan dan sedang sendirian.

sepanjang kurang lebih 60 kilometer. jarak dari depan rumahku yang masuk gang, ke depan rumahmu yang jaraknya mungkin agak terlalu jauh karena melewati beberapa kecamatan.  tapi tidak, aku selalu menganggapnya dekat, karena menurutku beberapa jalan raya dibentangkan hanya untuk mendekatkan yang berjauhan. aku tidak begitu teliti, yang jelas saat melewati jalan tembus yang biasa kau lalui. aku menemukan wajahmu yang kaget dari spion sebelah kiri. ada tiga polisi tidur disana. dan walau kita mengetahuinya, kita selalu saja tak menyangka dan melewatinya tanpa mengerem terlebih dahulu. kau menepukku keras dari belakang, memarahiku sambil tertawa. mungkin saat itu kita sedang asik-asiknya membicarakan perbincangan yang seperti biasa—yang tidak perlu.

aku selalu mencoba tak mengingatnya. aku ingin selalu bisa lupa. tapi entah mengapa, saat aku melewati jalan yang sama. sepanjang kurang lebih 60 kilometer. aku selalu menemukanmu pulang. aku selalu menemukanmu kembali. tertawa dan bercengkerama kepadaku yang selalu aku lihat raut wajahmu—tentu dari spion sebelah kiri. hari ini, entah siapa yang menduganya. aku sedang menjemputmu kembali, untuk melewati jalan yang sama. berdua saja



Share:

Biografi

M.L.A. Mistam Lahir Duapuluh sekian tahun yang lalu. Belajar menulis puisi dan cerita pendek dari tahun 2010. Saat ini sedang menggemari membaca cerita dan menonton DVD. Buku-bukunya yang telah terbit “Yang Kucintai Selain Puisi (2013)”, “Aku Selalu Bisa Pulang (2014)”, “Apabila Denganmu (2015)", “Lelaki Pejuang Kuota (2016)", “Karena Di Dalam Lubuk Hatiku (2017)". Beberapa puisi dan cerpennya pernah diikutkan dalam beberapa buku “Sepasang Sayap yang Menerbangkan Ingatan (2012)”, “Antologi @puisi__cinta (2013)”, “Laut (2013)”, “Kepak Sayap-sayap (2014)” Sampai saat ini masih aktif membaca dan menulis bersama komunitas Banyuasin. Di blognya mohamadlatif.com ia masih suka menularkan rasa keegoisannya. Saat ini sedang sibuk mengerjakan sebuah buku terbarunya.

Hosting Unlimited Indonesia