![]() |
picture is taken from my first books |
Ia pernah menjadi sebuah musim paling semi di hidupku
Seketika hujan di musim kemarau yang gersang
Mengugurkan beberapa air dari dalam mataku yang sembap semalaman
Ketika patah hati hanya mampu menghafal suara gesekan langkahnya yang ringan
Mungkin saat ini ia sangat setuju
Ketika aku selalu mencintainya dengan perasaan paling pengecut
Melibatkan semua khayalan dalam kenyataan yang sama sekali tidak ia pedulikan
Mahkota yang telah kusiapkan jauh-jauh hari dicuri takdir dan ketentuan Tuhan
Aku pernah mencoba mengajaknya pergi bertamasya
Menaiki sepedaku, berboncengan mengelilingi kota
Dengan rambut panjangnya yang diikat dua
Juga dengan pawang hujan yang telah sepakat diajak kerjasama
Jalan raya langsung lengang
Terik siang tiba-tiba teduh diselingi angin yang melewati telingaku
Suaranya bak rintik air hujan yang tempias
Matanya dalam, seperti danau toba yang sebelumnya terkuras
Puisi demi puisi kubangun hingga menjadi sebuah kota yang nyaman
Saat kami melewati salah satu jalan
Nama dan kenangan kita selalu menjadi tempat-tempat yang menarik
Taman bunga, jembatan gantung, kedai susu, dan lain sebagainya
Ia sudah melebihi dari kata-kata yang sanggup kususun
Sampai aku bingung menamainya sebagai apa
Ia seperti permata yang kucari dari lalu lintas sinyal operator
Yang kudapat dari sibuk sepanjang kesepianku
Akankah karena ia tak mahir mengingat
Atau hanya aku yang hanya bisa membuat puisi yang biasa seperti ini
albumhitam
2018