Sunday, November 11, 2012

Senyum itu

kepada siapa yang mati dengan darah atau tanpa tangis dimatanya. aku berlari-lari kecil, mengendap-endap diserangkaian rumput yang kering di khayalku, mencari-cari sebuah senyum yang kau pernah ambil dulu. pada yang melewati malam tanpa sebuah jaket tebal, yang berpura-pura menahan dingin, yang menutupi mukanya dengan senyum itu.

akulah surya, yang kemudian menjadi tujuan sebuah mimpi. dengan genggam yang aku lakukan sendiri, tentu belum mampu menciptakannya. bawakan aku secangkir kopi, yang sama persis seperti waktu itu, waktu kau tidak pernah berfikir untuk menjauh dan tidak kembali.

dan pahamilah, setiap luka, aku yang mati. adalah tempat dimana mengasingkan diri dari sebuah amuk angin yang menerbangkan. dan ketahuilah,
penyebabnya adalah diri kita sendiri. mungkin aku, atau Tuhan yang mempertemukannya.
Share:

0 comments:

Post a Comment

Biografi

M.L.A. Mistam Lahir Duapuluh sekian tahun yang lalu. Belajar menulis puisi dan cerita pendek dari tahun 2010. Saat ini sedang menggemari membaca cerita dan menonton DVD. Buku-bukunya yang telah terbit “Yang Kucintai Selain Puisi (2013)”, “Aku Selalu Bisa Pulang (2014)”, “Apabila Denganmu (2015)", “Lelaki Pejuang Kuota (2016)", “Karena Di Dalam Lubuk Hatiku (2017)". Beberapa puisi dan cerpennya pernah diikutkan dalam beberapa buku “Sepasang Sayap yang Menerbangkan Ingatan (2012)”, “Antologi @puisi__cinta (2013)”, “Laut (2013)”, “Kepak Sayap-sayap (2014)” Sampai saat ini masih aktif membaca dan menulis bersama komunitas Banyuasin. Di blognya mohamadlatif.com ia masih suka menularkan rasa keegoisannya. Saat ini sedang sibuk mengerjakan sebuah buku terbarunya.

Hosting Unlimited Indonesia