semuanya hilang setelah berpuluh-puluh lingkaran jam dinding
mendapatiku tetap berada tak jauh dari batas tutup kelopak mata
sebuah gitar yang diam
dijatuhi hujan-hujan yang tak menetes
satu jam lagi genap dua puluh empat
secangkir kopi tak pula habis termakan waktu
ingin sekali aku berlari
ke arah mana saja
yang jelas bukan jalan raya
karena seringkali aku tersesat disana
lalu kutulis sebuah sajak
-seperti ini
di halaman belakang yang tak terlihat
dari tamu-tamu yang berdatangan
sebab, mereka hanya mengerti
sebuah manis dari teh gelas dengan pemanis buatan
seseorang
setiap orang
semua orang
berpendapat, cinta memang begini
menggerus pasir pantai yang diam
dibawa jauh-jauh ke dasar tenggelam
tidak ada yang tumbuh di pikiranku
mataharipun enggan untuk tau
juga bulan yang belum sepenuhnya utuh
kau hanya tersenyum di balik kerah baju
-aku ingin bunuh diri saja
beberapa buku telah kuselesaikan
aku makan tiap lembarnya
aku bakar tiap kalimatnya
mereka habis hampir dua puluh empat
berkali-kali lipat
-tidak ada yang mendapatiku
0 comments:
Post a Comment