Saturday, September 19, 2015

Dialog

picture is taken from here


Aku lihat kembali dirimu
Di lapis terluar di mataku
Dengan senyum yang tak bisa aku ukur begitu saja
Bukan aku tak punya busur dan penggaris
Namun karena cinta tak pernah punya angka

Selagi tak pernah aku aduk gula di cangkir kopiku
Janganlah pergi, apalagi dengan sengaja
Karena hidup bukan ukuran berapa sendok gula
Yang akan kau larutkan
Dan hidup bukan ukuran berapa lama kau
Mengadukan gula untuk memasukannya
Atau keduanya

Aku lihat kembali dirimu entah kapan
Atau mungkin sebentar lagi
Dengan senyum dan secangkir kopi
Yang kau hidangkan untukku di beranda
Dan “Sore ini begitu hangat”
Adalah kata sapa yang paling romantis
Ketika sore saat kau temui diriku
Dan hela-helai rambut putihku
Yang ramai jatuh di lantai

“Aku ini meminta teh, bukan kopi”

Adalah jawaban yang akan kau tertawai
Share:

0 comments:

Post a Comment

Biografi

M.L.A. Mistam Lahir Duapuluh sekian tahun yang lalu. Belajar menulis puisi dan cerita pendek dari tahun 2010. Saat ini sedang menggemari membaca cerita dan menonton DVD. Buku-bukunya yang telah terbit “Yang Kucintai Selain Puisi (2013)”, “Aku Selalu Bisa Pulang (2014)”, “Apabila Denganmu (2015)", “Lelaki Pejuang Kuota (2016)", “Karena Di Dalam Lubuk Hatiku (2017)". Beberapa puisi dan cerpennya pernah diikutkan dalam beberapa buku “Sepasang Sayap yang Menerbangkan Ingatan (2012)”, “Antologi @puisi__cinta (2013)”, “Laut (2013)”, “Kepak Sayap-sayap (2014)” Sampai saat ini masih aktif membaca dan menulis bersama komunitas Banyuasin. Di blognya mohamadlatif.com ia masih suka menularkan rasa keegoisannya. Saat ini sedang sibuk mengerjakan sebuah buku terbarunya.

Hosting Unlimited Indonesia