Saturday, July 30, 2016

Aku Harap Kau Punya Waktu Luang untuk Membaca

Picture is taken from here


Aku sengaja membuatkan puisi ini untukmu
Seseorang yang aku sendiri masih belum bisa memastikan
Untuk menjadi sesiapaku di masa depan

Ketika aku coba kembali belajar menjadi pencuri
Pencuri yang tak pernah berurusan dengan polisi
Terlebih lagi dengan hakim, yang sukanya main sendiri
Aku mendapati sesuatu yang aku curi adalah sesuatu yang tidak bisa aku jual kembali
Sesuatu yang hanya bisa aku simpan
Seperti apapun itu, yang ada di dalam dirimu

Ketika langit berubah warna menjadi gelap
Aku tak tau pastinya menjadi warna apa
Entah orange atau kuning kemerahan
Aku tak pernah pedulikan itu
Aku hanya selalu merasa
Merindukanmu selalu memasuki episode baru
Yang tak pernah tamat begitu saja
Dan saat itu, waktu seakan berputar lebih lama dari biasanya

Puisinya begini

"Cinta dan Ketakutanku"


Hujan kembali ramah dalam pelukan
Sebuah senyummu yang seakan menjelma api unggun
Beku dan terpenjara dalam pigura
Yang selalu saja bisu, dan tak bisa bicara

Langit malam yang tidak diacuhkan
Bintang-bintang yang dipaksa pulang terlebih dahulu
Dingin yang menjelma hadirmu
Serupa musim yang selalu menetap setelah itu

Dalam mimpi yang tertunda setiap malam
Aku mengigil
Aku mengigil, sayang
Engkau selalu saja datang tiba-tiba
Memaksaku untuk berselimut, tapi aku selalu menolaknya
Kau hadir dalam amukan rinduku
Tanpa oleh-oleh dari kayangan semacam semangkuk mie ayam tanpa sayur dan tulang

Sudah hampir 20 derajat celcius
Dinihari ternyata datang lebih cepat dari dugaanku
Tubuhku makin gila oleh dingin; olehmu
Aku mencoba tidur dalam kekacauan
Tapi angin marah, tetap dan selalu

Ketika kau masuk begitu saja tanpa pernah mengetuk pintu
Aku selalu membiarkan pintunya terbuka lebar
Aku tak pernah memasang kunci
Bahkan tak pernah berniat memasangnya
Kau bukan kepunyaanku seutuhnya, sayang
Aku hanya meminjammu dari Tuhan untuk kujaga
Karena malam adalah rumahmu
Kau bebas pulang kapan saja

Kau tau, sayang?
Malam selalu punya pagi
Pagi yang tak kenal lelah dan menyerah
Ia datang dan kembali
Padahal sudah kujanjikan bintang-bintang, seperti sebelumnya
Tapi pagi selalu meminta bulan
Berhari-hari, setiap hari

Kita lekas menutup perbincangan
Aku mengigil sendirian dalam pelukan kata-kata
Aku peluk erat dengan kedua lenganku yang tak cukup panjang
Hingga meninggalkan bekas pelukan pada tubuhku
Yang sebelumnya aku pikir itu adalah dirimu


Tahukah kau, sayang
Kau adalah hujan dan hutan
Yang sama-sama lebatnya dalam otak dan hatiku
Kau adalah lautan air dan lautan awan
Yang sama-sama tidak tenang
Namun menenangkanku


albumhitam
2016
Share:

Tuesday, July 26, 2016

Ketika Tuhan (tiba-tiba) Menghilangkanmu

Picture is taken by me

Malam yang setengah purnama ini
Dengan segelas susu sisa 1 jam yang lalu
Aku masih setia dengan kesepian

Orang-orang di dalam kepalaku seakan tak pernah berhenti untuk menggurui
Tentang bagaimana dia
Dengan tenang dan biasa
Pergi jauh dan selalu membiarkan pintu terbuka begitu saja

Serasa rumah penuh dengan duka
Duka yang tak pernah mau diselimuti oleh beberapa kata-kata
Yang bahkan dia sama sekali tidak peduli
Duka yang tak mengenal cuaca
Kemarau, kering, hujan bahkan sekalipun badai
Ia tetap mampu, membuatku berulang mengusap air mata

Aku menjelma debu dan menjadikan rak buku sebagai tempat tinggal
Aku menjelma udara dan menempati sudut-sudut kamar yang kosong
Aku menjelma kaca dalam pigura yang membekukan senyumnya

Tentang cinta dan sesuatu yang tak pernah aku duga
Tentang dia dan perasaanku yang dibawanya pergi
Aku selalu punya harapan dalam kemustahilan
Aku selalu punya mimpi dalam ketidakwarasan

Setiap hari
Aku menunggunya pulang
Melalui ambang jendela yang terbuka
Walau aku tau sejak semula
Aku bukanlah sebuah tempat tinggal untuknya


albumhitam
2016
Share:

Monday, July 25, 2016

Setelah Dini Hari Tadi

picture is taken from here

Aku mempunyai seseorang yang kucintai
Seseorang yang ternyata tak mencintaiku

Malam ini rasanya tak ingin ku selesaikan begitu saja
Biarkan bintang-bintang menyala
Atau beberapa musik patah hati
dibiarkan melantun keras di telingaku
dengan genre apapun
yang tak pernah ia sukai

Aku tak butuh saklar untuk menyalakan pagi
Aku tak butuh jam tangan casio model terbaru
Aku tak butuh penunjuk waktu apapun
Aku hanya ingin malam tadi
Sebelum tepat dini hari

Tuhan,
Kenapa tak kau biarkan aku bermimpi saja?
Biarkan bintang-bintang itu menjadi tempatku terjatuh
dengan lampu-lampu kota dan jalan raya
yang dibiarkannya menyala seadanya
Sebagai karang-karang di dasar laut
Rumah Dory si pelupa

Terkadang aku terlalu takut akan kehilangan
Padahal aku sama sekali tak pernah memiliki
Seperti mimpi-mimpi itu
Yang tergadaikan oleh waktu

Selama ini aku rasa
otakku hanya bisa digunakan untuk berpikir
tanpa pernah bisa merasa

bersamamu
bersamamu
bersamamu

Selama ini pula aku pikir
hatiku hanya bisa digunakan untuk merasa
tanpa pernah bisa berpikir

mencintaimu
mencintaimu
mencintaimu

tapi kau takkan pernah tau
otak dan hatiku tak bertangan dan berkaki
otak dan hatiku tak bermata dan bermulut
tapi otak dan hatiku punya sesuatu yang sama, Kamu

Seseorang yang kucintai
Seseorang yang ternyata tak mencintaiku

albumhitam
2016

Share:

Biografi

M.L.A. Mistam Lahir Duapuluh sekian tahun yang lalu. Belajar menulis puisi dan cerita pendek dari tahun 2010. Saat ini sedang menggemari membaca cerita dan menonton DVD. Buku-bukunya yang telah terbit “Yang Kucintai Selain Puisi (2013)”, “Aku Selalu Bisa Pulang (2014)”, “Apabila Denganmu (2015)", “Lelaki Pejuang Kuota (2016)", “Karena Di Dalam Lubuk Hatiku (2017)". Beberapa puisi dan cerpennya pernah diikutkan dalam beberapa buku “Sepasang Sayap yang Menerbangkan Ingatan (2012)”, “Antologi @puisi__cinta (2013)”, “Laut (2013)”, “Kepak Sayap-sayap (2014)” Sampai saat ini masih aktif membaca dan menulis bersama komunitas Banyuasin. Di blognya mohamadlatif.com ia masih suka menularkan rasa keegoisannya. Saat ini sedang sibuk mengerjakan sebuah buku terbarunya.

Hosting Unlimited Indonesia