![]() |
Picture is taken from here |
Aku sengaja membuatkan puisi ini untukmu
Seseorang yang aku sendiri masih belum bisa memastikan
Untuk menjadi sesiapaku di masa depan
Seseorang yang aku sendiri masih belum bisa memastikan
Untuk menjadi sesiapaku di masa depan
Ketika aku coba kembali belajar menjadi pencuri
Pencuri yang tak pernah berurusan dengan polisi
Terlebih lagi dengan hakim, yang sukanya main sendiri
Aku mendapati sesuatu yang aku curi adalah sesuatu yang tidak bisa aku jual kembali
Sesuatu yang hanya bisa aku simpan
Seperti apapun itu, yang ada di dalam dirimu
Pencuri yang tak pernah berurusan dengan polisi
Terlebih lagi dengan hakim, yang sukanya main sendiri
Aku mendapati sesuatu yang aku curi adalah sesuatu yang tidak bisa aku jual kembali
Sesuatu yang hanya bisa aku simpan
Seperti apapun itu, yang ada di dalam dirimu
Ketika langit berubah warna menjadi gelap
Aku tak tau pastinya menjadi warna apa
Entah orange atau kuning kemerahan
Aku tak pernah pedulikan itu
Aku hanya selalu merasa
Merindukanmu selalu memasuki episode baru
Yang tak pernah tamat begitu saja
Dan saat itu, waktu seakan berputar lebih lama dari biasanya
Aku tak tau pastinya menjadi warna apa
Entah orange atau kuning kemerahan
Aku tak pernah pedulikan itu
Aku hanya selalu merasa
Merindukanmu selalu memasuki episode baru
Yang tak pernah tamat begitu saja
Dan saat itu, waktu seakan berputar lebih lama dari biasanya
Puisinya begini
"Cinta dan Ketakutanku"
Hujan kembali ramah dalam pelukan
Sebuah senyummu yang seakan menjelma api unggun
Beku dan terpenjara dalam pigura
Yang selalu saja bisu, dan tak bisa bicara
Sebuah senyummu yang seakan menjelma api unggun
Beku dan terpenjara dalam pigura
Yang selalu saja bisu, dan tak bisa bicara
Langit malam yang tidak diacuhkan
Bintang-bintang yang dipaksa pulang terlebih dahulu
Dingin yang menjelma hadirmu
Serupa musim yang selalu menetap setelah itu
Bintang-bintang yang dipaksa pulang terlebih dahulu
Dingin yang menjelma hadirmu
Serupa musim yang selalu menetap setelah itu
Dalam mimpi yang tertunda setiap malam
Aku mengigil
Aku mengigil, sayang
Engkau selalu saja datang tiba-tiba
Memaksaku untuk berselimut, tapi aku selalu menolaknya
Kau hadir dalam amukan rinduku
Tanpa oleh-oleh dari kayangan semacam semangkuk mie ayam tanpa sayur dan tulang
Aku mengigil
Aku mengigil, sayang
Engkau selalu saja datang tiba-tiba
Memaksaku untuk berselimut, tapi aku selalu menolaknya
Kau hadir dalam amukan rinduku
Tanpa oleh-oleh dari kayangan semacam semangkuk mie ayam tanpa sayur dan tulang
Sudah hampir 20 derajat celcius
Dinihari ternyata datang lebih cepat dari dugaanku
Tubuhku makin gila oleh dingin; olehmu
Aku mencoba tidur dalam kekacauan
Tapi angin marah, tetap dan selalu
Dinihari ternyata datang lebih cepat dari dugaanku
Tubuhku makin gila oleh dingin; olehmu
Aku mencoba tidur dalam kekacauan
Tapi angin marah, tetap dan selalu
Ketika kau masuk begitu saja tanpa pernah mengetuk pintu
Aku selalu membiarkan pintunya terbuka lebar
Aku tak pernah memasang kunci
Bahkan tak pernah berniat memasangnya
Kau bukan kepunyaanku seutuhnya, sayang
Aku hanya meminjammu dari Tuhan untuk kujaga
Karena malam adalah rumahmu
Kau bebas pulang kapan saja
Aku selalu membiarkan pintunya terbuka lebar
Aku tak pernah memasang kunci
Bahkan tak pernah berniat memasangnya
Kau bukan kepunyaanku seutuhnya, sayang
Aku hanya meminjammu dari Tuhan untuk kujaga
Karena malam adalah rumahmu
Kau bebas pulang kapan saja
Kau tau, sayang?
Malam selalu punya pagi
Pagi yang tak kenal lelah dan menyerah
Ia datang dan kembali
Padahal sudah kujanjikan bintang-bintang, seperti sebelumnya
Tapi pagi selalu meminta bulan
Berhari-hari, setiap hari
Malam selalu punya pagi
Pagi yang tak kenal lelah dan menyerah
Ia datang dan kembali
Padahal sudah kujanjikan bintang-bintang, seperti sebelumnya
Tapi pagi selalu meminta bulan
Berhari-hari, setiap hari
Kita lekas menutup perbincangan
Aku mengigil sendirian dalam pelukan kata-kata
Aku peluk erat dengan kedua lenganku yang tak cukup panjang
Hingga meninggalkan bekas pelukan pada tubuhku
Yang sebelumnya aku pikir itu adalah dirimu
Aku mengigil sendirian dalam pelukan kata-kata
Aku peluk erat dengan kedua lenganku yang tak cukup panjang
Hingga meninggalkan bekas pelukan pada tubuhku
Yang sebelumnya aku pikir itu adalah dirimu
Tahukah kau, sayang
Kau adalah hujan dan hutan
Yang sama-sama lebatnya dalam otak dan hatiku
Kau adalah lautan air dan lautan awan
Yang sama-sama tidak tenang
Namun menenangkanku
Kau adalah hujan dan hutan
Yang sama-sama lebatnya dalam otak dan hatiku
Kau adalah lautan air dan lautan awan
Yang sama-sama tidak tenang
Namun menenangkanku
albumhitam
2016
2016