Saturday, August 25, 2018

Bukti

Pada akhirnya,
Seorang perempuan
hanya akan
menyetujui seorang laki-laki
Yang dapat menjamin kehidupannya

Dan cinta membuktikan
Bahwa kata-kata
Tak mempunyai kekuatan apa-apa

Namun Terkadang,
Seorang perempuan
tak akan pernah tahu
Usaha yang dilakukan
seorang laki-laki
Yang mencintainya
hanya untuk
kebahagiaan kecil
Yang tak pernah perempuan itu sadari

Hingga akhirnya penyesalan memainkan peran.


albumhitam
2018

<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-1567644965322028"
     crossorigin="anonymous"></script>

Share:

Tuesday, August 21, 2018

Tentang Perasaan

Ada yang tak sempat dikabarkan angin kepadaku
Bagaimana menjelaskan senyummu yang orang lain anggap biasa

Mungkin kamu adalah senja yang lupa kutulis
Atau mungkin kamu adalah kabut pagi yang sering aku lewatkan

Hingga akhirnya aku menyadari, jatuh cinta kepadamu itu terbuat dari permohonan perasaan yang memang tidak bisa untuk ditolak

Ketahuilah, walau kamu tak selalu mendengarnya, Tuhan selalu mengajarkan kepadaku untuk menjadi orang yang tabah dan sabar dalam berdoa.

Namun apakah ini hanya sebatas harap? Atau sampai kamu benar-benar menyadari dan menyesalinya barangkali?




albumhitam
2018
Share:

Sunday, April 22, 2018

Permataku yang Hilang


picture is taken from my first books


Ia pernah menjadi sebuah musim paling semi di hidupku
Seketika hujan di musim kemarau yang gersang
Mengugurkan beberapa air dari dalam mataku yang sembap semalaman
Ketika patah hati hanya mampu menghafal suara gesekan langkahnya yang ringan

Mungkin saat ini ia sangat setuju
Ketika aku selalu mencintainya dengan perasaan paling pengecut
Melibatkan semua khayalan dalam kenyataan yang sama sekali tidak ia pedulikan
Mahkota yang telah kusiapkan jauh-jauh hari dicuri takdir dan ketentuan Tuhan

Aku pernah mencoba mengajaknya pergi bertamasya
Menaiki sepedaku, berboncengan mengelilingi kota
Dengan rambut panjangnya yang diikat dua
Juga dengan pawang hujan yang telah sepakat diajak kerjasama

Jalan raya langsung lengang
Terik siang tiba-tiba teduh diselingi angin yang melewati telingaku
Suaranya bak rintik air hujan yang tempias
Matanya dalam, seperti danau toba yang sebelumnya terkuras

Puisi demi puisi kubangun hingga menjadi sebuah kota yang nyaman
Saat kami melewati salah satu jalan
Nama dan kenangan kita selalu menjadi tempat-tempat yang menarik
Taman bunga, jembatan gantung, kedai susu, dan lain sebagainya

Ia sudah melebihi dari kata-kata yang sanggup kususun
Sampai aku bingung menamainya sebagai apa
Ia seperti permata yang kucari dari lalu lintas sinyal operator
Yang kudapat dari sibuk sepanjang kesepianku

Akankah karena ia tak mahir mengingat
Atau hanya aku yang hanya bisa membuat puisi yang biasa seperti ini



albumhitam
2018

Share:

Monday, January 8, 2018

Susu Murni dan Malam Ini

picture is taken from here


Aku tidak menulis puisi tentang rindu kali ini.
Rindu yang berasal dari percakapan sepasang cangkir susu murni, tempat di mana kita saling berdiskusi tentang bagaimana masa lalu adalah hal yang sama-sama kita tertawai.

Saat ini, mungkin jika aku adalah anak kecil di bawah usia 1 tahun
Aku akan menangis dengan kejar
Meminta ASI pada Ibuku
Yang sudah menjadi TKW tanpa kabar

Mencari tahu pada tiap kekosongan
Yang sebenarnya aku sudah tahu dari awal
Untuk apa dicari?

Ketika saat aku tak sanggup menatap matamu yang sejuk, ketika kau hanya bisa menjadi seseorang yang sampai saat kuimpikan. Ketika kau akhirnya yang menertawaiku sebagai masa lalu.

Hingga saat ini di tempat yang sama, tempat yang selalu kau tunggu kehadiranku.
Tempat yang saat ini membuatku tidak ingin menulis puisi tentang rindu.
Hingga hanya suara nafasku saja yang terdengar, di sela cintamu yang ku anggap benar namun ternyata samar.


albumhitam
2018
Share:

Biografi

M.L.A. Mistam Lahir Duapuluh sekian tahun yang lalu. Belajar menulis puisi dan cerita pendek dari tahun 2010. Saat ini sedang menggemari membaca cerita dan menonton DVD. Buku-bukunya yang telah terbit “Yang Kucintai Selain Puisi (2013)”, “Aku Selalu Bisa Pulang (2014)”, “Apabila Denganmu (2015)", “Lelaki Pejuang Kuota (2016)", “Karena Di Dalam Lubuk Hatiku (2017)". Beberapa puisi dan cerpennya pernah diikutkan dalam beberapa buku “Sepasang Sayap yang Menerbangkan Ingatan (2012)”, “Antologi @puisi__cinta (2013)”, “Laut (2013)”, “Kepak Sayap-sayap (2014)” Sampai saat ini masih aktif membaca dan menulis bersama komunitas Banyuasin. Di blognya mohamadlatif.com ia masih suka menularkan rasa keegoisannya. Saat ini sedang sibuk mengerjakan sebuah buku terbarunya.

Hosting Unlimited Indonesia