Kenalin, Aku Dena. Aku punya pacar, Mistam namanya, Dia kakak angkatanku ketika aku masih kuliah 6 tahun yang lalu. Sekilas Namanya terlihat ndeso dan katro banget, tapi di balik namanya itu terdapat arti yang bagus dan kenangan yang tidak akan pernah aku lupakan yang selalu akan aku ingat, seperti menjadi pacarnya selama kurang dari 1 tahun. Dia salah satu laki-laki yang paling bermakna dalam hidupku.
Mistam adalah seorang mahasiswa yang tidak pintar, tidak bodoh, tidak nakal, dan tidak pendiam juga, dia laki-laki biasa seperti mahasiswa kebanyakan. Ukuran ganteng, itu relatif. Bagiku dia adalah kenangan yang tidak pernah aku sesali semasa kuliah sampai saat ini, yang aku sesali adalah aku meninggalkannya.
Aku selalu menunggu dia datang dan kembali. Menjalankan lagi cerita yang aku hentikan sepihak. Namun waktu, seolah menjadi batas yang tidak mampu aku tembus.
---
Kami adalah mahasiswa dalam 1 kampus yang sama, fakultas yang sama, dan jurusan yang sama pula. Mistam Kaka angkatanku, Aku Adik angkatannya yang sedang sibuk-sibuknya mengurus skripsi. Sedangkan Mistam adalah seorang mahasiswa abadi. Semester 13.
Selain latar belakang dalam pembuatan skripsi, Data adalah sesuatu hal yang penting dan krusial menurutku. Karena harus benar dan sesuai dengan kenyataannya. Tidak boleh ada salah data apalagi manipulasi. Bisa-bisa aku jadi tidak lulus. Sia sia kan 4tahun kuliah.
Studi kasusku ada di sebuah Mall terbesar di sini. Dengan Judul "Implementasi Pemanfaatan Traffic Sensor Infrared Pada Kunjungan Pengunjung di Karanglewas Mall". Aku bingung harus mencari kemana data traffic pengunjung disana. Mengingat terkenal tertutup dan ribet manajemennya. Tapi aku ingat kalau ada mahasiswa yang punya teman di Mall itu.
"Selamat Siang Mas Mistam" Aku memberanikan diri untuk memulai percakapan dengan Mistam, yang kudapat nomornya dari Customer Service Kampusku. Aku bilang saja mau menagih hutang, karena orangnya ditemuin sangat susah sekali.
"Selamat Siang juga Mas, ada yang bisa dibantu?" Jawabnya
"Maaf Mas, saya bukan Mas-mas"
"Maaf Pak, ada yang bisa dibantu Pak?"
Tanyanya kembali
Aku bingung, bukankah sudah jelas namaku tertera. Kenapa dia seolah-olah tidak mengenaliku? Atau mungkin photo profileku yang masih avatar?
"Aku Dena Mas Mistam"
"Dena mana yah"
"Dena yang dulu mantannya Rudi, Rudi yang dulu mantannya Anis, Anis yang dulu mantannya Surya, Surya yang dulu mantannya Jingga, Jingga yang dulu mantannya Mas Mistam"
"Maksudnya Lusia?"
"Iya mas, aku Lusia. Tapi emang biasa di Panggil Dena"
"Kok beda si? Emang nama lengkapnya siapa?"
"Ade Wulandari Mas"
"Mana Dena? Mana Lusianya?"
"Ceritanya panjang Mas, intinya aku mau tanya sesuatu tentang data pendukung sebagai salah satu bahan di skripsiku nanti"
"Eh, bentar"
"Kenapa Mas"
"Aku cebok dulu" Singkatnya
"Oia gimana, betewe darimana kamu tau nomorku?" Lanjutnya beberapa menit kemudian
"Itu bahas nanti saja ya Mas, ini lagi urgent banget. Aku mau minta data traffic kunjungan Karanglewas Mall bisa Mas"
"Bisa Lus, tapi pakai surat yah, biar nanti aku sampaikan ke temenku"
"Panggil Dena aja Mas"
"Ketemu aja yuk, jam 4 sore di timechat yah. Ada yang mau aku omongin"
"Mau omongin apa ya Mas?"
"Lah tadi katanya minta data traffic"
"Oia"
Sebelumnya aku tidak pernah berkomunikasi dengan Mistam, bertemu atau bahkan menyapapun tidak. Di kampus dia terkenal orang yang mempunyai banyak teman, dia masuk di beberapa organisasi kecuali pemuda pancasila.
Dia dikenal oleh para mahasiswa lainnya sebagai orang yang supel dan gampang diajak berbicara.
Namun setauku, dia adalah seorang pengecut. Pengecut yang hanya mengungkapkan isi hatinya hanya lewat foto dan tulisan. Khususnya tentang perasaan.
Lihat saja Instagramnya, dia selalu memposting foto perempuan dari samping, dari belakang, atau bahkan dari atas lantai 3 kampusku, dan dia tidak pernah menunjukan wajah foto perempuan tersebut. Postingannya selalu mendekripsikan tentang usaha dan upayanya mendapatkan cinta seorang perempuan yang tidak mungkin ia capai tersebut melalui puisinya di caption. Saat itu aku tak tau kalau akun itu adalah akun dia, karena akun instagram tersebut adalah akun anonim. Tidak ada foto profil, tidak ada biografi, dan tidak ada kontak person. Tetapi secara sadar aku akui jika perempuan yang ada di postingan instagramnya adalah aku.
Sebagai wanita aku tak heran dengan perilaku laki-laki seperti Mistam tersebut. Banyak yang melakukan hal itu kepadaku, ada yang diam-diam, ada yang terbuka. ada yang secara langsung dan terang-terangan minta kenalan, DM tidak jelas, hanya like-like saja, WhatsApp tiap hari nanya kabar atau ngasih perhatian, mbalesin status WhatsApp aku yang terlalu berlebihan juga, semuanya aku anggap biasa, benar-benar biasa. Aku bukan menggangap diriku adalah orang yang sombong atau tidak peduli sama sekali. Aku hanya bosan sakit hati. Seperti pepatah dari albumhitam yang selalu tersemat dipikiranku, jangan pernah berharap dan memberi harapan jika tidak sanggup akan resikonya.
Aku dan Mistam, eh Mas Mistam saja biar lebih sopan, akhirnya bertemu di timechat sesuai kesepakatan sepihaknya. Mau tidak mau aku mengiyakan ajakannya karena butuh data traffic kunjungan.
"Halo Lus?" Mistam melambaikan tangannya ke arahku
"Oh iya Mas" Kudatangi dirinya, lalu aku duduk membacakan dua kalimat syahadat berhadapan dengannya
"Bawa flashdisk?" Tanpa basa-basi Mas Mistam menawarkan
"Buat apa Mas?"
"Katanya mau minta data traffic kunjungan?"
"Oia yah, bentar Mas"
Kami mengobrol panjang lebar, dengan tanpa canggungnya dia bercerita dan mengungkapkan apa isi hatinya. Obrolan kami ringan, hanya membahas Kuliah, Dosen, Skripsi. Itu pertama kalinya kami bertemu, bertegur sapa, bercanda, mengobrol satu sama lain, dan akhirnya berpacaran. Apa pacaran? Iya bener kami pacaran. Aku juga heran, kenapa bisa secepat itu. Mungkin Mas Mistam punya mantra ajaib sehingga aku bisa dengan mudahnya menerima ajakannya berpacaran. Baru juga ketemu cobak! Apa karena timechat? apa karena Hazelnut Chocolate Milk Teanya? Entahlah, tapi aku tulus menerimanya. 3 Jam kami mengobrol hingga Adzan Magrib menutup perbincangan kami. dan selama 3 jam itu aku bisa membaca jika Mas Mistam bukan seseorang yang pemberani, namun dia adalah seseorang yang penuh dengan keyakinan, upaya, dan (sebagian text hilang...)
0 comments:
Post a Comment