Thursday, August 16, 2012

Kita adalah sepasang mata rindu

Kita adalah sepasang mata rindu

Juga sepasang lengan yang tak mampu saling menggenggam;
walau bersisian

Kau dimana?
aku mencari selalu.
di mata yang tak kunjung padam,
aku menemukan waktu terhenti tanpa rencana

"Mengapa mencariku kekasihku?
Tempatku disitu, disela ruas jemari,
dimana kau menitipkan segala kebahagiaanku"

tapi segala jarak adalah janji,
sebuah rindu yang kita tahan di perjalanan,
adalah cinta yang biasa aku pikirkan

Karena berada disisimu adalah doa yang selalu kuterbangkan setiap waktu.
Impian, suatu saat pelukmu tak tersekat lagi

Lalu bagaimana dgn rindu?
dengan jarak?
dengan janji?
apa kau akan berubah seperti purnama,
memberikan senyum selebar angkasa

kekasih,
mungkin pelukanku tak sampai kepadamu,
pun rindu.
Tapi doa,
meretas jarak,
dimana kau berada,
selimuti gigilmu tanpa aku

duet with @vwidiyaswati
Share:

Kita adalah sepasang mata rindu

Kita adalah sepasang mata rindu

di jalan yang penuh jurang ini,
jangan pejamkan matamu,
aku takut terjatuh, dan kau terluka.

sedang rumah masih jauh,
mendekapmu hanya mimpi,
sebagian janji yang dulu kita sisakan setelah hujan reda

aku percaya Tuhan mendengar puisi-puisi yang kita banyakan padaNya,
juga janji yang kita atas namakan cinta,

Lalu apa kau sebegitu tak tau dengan rindu?
kau adalah api,
menyalakanku dan membiarkan ku mati

"kau anggap aku yang mematikanmu,
bagaimana mungkin aku mematikan sesuatu yang membuatku ada?" katamu

aku tak tau,
seolah rindu adalah penyebab paling sempurna segala

kelak,
jalan yang kita lalui,
adalah jalan yang kita rindukan.
Dan kita menyembunyikan hujan,
dibalik mata kesedihan

duet with @hizamelmiad 
Share:

Kita adalah sepasang mata rindu

Kita adalah sepasang mata rindu

Saling bercumbu sendu karna sulit bertemu

Sedang kau berjalan menjauh,
bahkan seakan lari,
seperti mempersilahkan kehilangan dalam detik yang terbuang

dan begitulah cinta.
Menikmati awal waktu seperti yang tidak ada duanya.
Kendati surga hanyalah rayuan semata.

Kupanggili namamu,
kupanggili namamu,
kau menghilang,
kepakmu tak seperti kunang yang riang~padam

yang hanya seberkas cahaya terang.
Yang perlahan redup dan menghilang.
Namun tak patah aku tetap kupanggili namamu.

dan kita adalah sepasang rindu yang tertahan waktu

yang terus bermimpi gelisah diujung malam.
Berharap langit disana mencarimu.
Berkata jujur tentang rinduku.

@syair_sibungsu
Share:

Friday, August 10, 2012

Ibu, Kau dimana? Aku ingin seperti mereka

1

Bintang-bintang

Bintang Hilang

Bintang padam

 

Meremuk malam segalanya dalam seluruhku

mimpi-mimpi yang berkabung

membisukan aku sejak purnama yang berdiam~berdiam

 

2.

foto itu,

sekiranya mampu membacaku

basah pada mata yang tak hinggap purnama

lalu aku mendekatkan wajahku pada bulan sesungguhnya

 

"siapa dibalik topeng ini,

apakah aku, atau hanya puisiku yang tak bisa bicara"

menangislah sepuasmu

 

3.

Beranda rumah yatim piatu

sendiri bukan hal menyedihkan

jika kesendirian itu terlalu biasa aku rasakan

 

mata-mata kunang

yang berkerlip bergantian tepat di ujung lamina

mereka mengajakku kembali bercanda,

bercanda tentang bagaimana ibu pernah memelukku

begitu erat~dulu

 

4.

Aku masih belum bisa berjalan

berbicarapun aku masih sulit,

Tapi tuhan maha baik

sebegitu lumpuhnya aku

sejak dini aku sudah dikenalkan cinta pada ibu

 

dia mengusap rambutku perlahan

membayangkan impiannya dalam impianku kelak.

menangis, tertawa

mengajakku kembali berbicara

itu hal yang pantas, dan bahkan sangat pantas aku kenang

 

tapi dia pergi,

dan aku masih belum menjadi mimpi dalam khayalnya

 

5.

9 Agustus 2012

ya hanya ini yang aku ingat

tanggal kalender yang aku lingkari merah,

sebegitu cerah, sebegitu meriah.

Sudah 20tahun aku mengingatmu,

mengajakku kembali bercanda~canda masa lalu

 

ibu. aku masih belum bisa menjadi apa yang kau mau,

aku masih banyak diam untuk melakukan sesuatu

 

Bintang-bintang

Bintang Hilang

Bintang padam

 

Kemana aku harus pergi mencarinya

padahal aku memang tau ibu sudah berada dipelukNya

 

6.

dasar supir truk bodoh

bukan hanya bodoh

dia juga jahat

 

dia melindas ibu

dia melindas hatiku

dia mematikan ibu

dia mematikan mimpiku

 

Aku coba ingin menantang waktu

kembali bergelut dengan apa yang ku mau

cita cita, mimpi ibu, mimpi aku

 

 

7.

Kini aku siapa?

kebiasaanku sendiri telah memojokkanku

 

Kursi diam,

angin lalu,

bulan malu,

mimpi padam

 

"aku hanya ingin seperti mereka" kataku

 

bohlam-bohlam lampu beranda seperti menenangkan dalam redup

malam biasa, seperti teman dalam kopiku yang selalu muram

hitam, kelam, pahit juga diam

 

Aku hanya yatim piatu,

aku tidak ingin apapun itu,

aku hanya ingin kasih sayang ibu
Share:

Wednesday, August 8, 2012

Lupakanlah

Seperti sahur, kau membangunkanku. disaat kau menolak untuk membuat aku melupakanmu sejak tertidur

Dan paginya kembali, mataku dikepung rindu yang entah. dimana kamu selalu menjadi jendela dalam rumah

Maafkan aku tuan putri, aku hanya ingin bermimpi saja. bukan untuk menjadikan ini nyata

Lalu pagi pergi, mataku sunyi, tanpa api. Cahayanya meninggi, setinggi kau selalu mengepak sayap tiada henti

Maka Lupakanlah. . .
Share:

Sunday, August 5, 2012

Sudahkan

Luka;kemana ia pergi
sedang aku tak tau cinta pasti

Aku ingin lekas tidur
di mataku sudah melihat kantuk yang teramat
Sudah, bosankan aku menutupimu dengan selimut
pun lagu nina bobo menidurkanmu sebagai mimpi

Lalu kemana ia pergi
aku carinya pada pagi, pada hati
Kau bukan sesempurnaku dulu
sekarang kau masa lalu
Share:

Wednesday, August 1, 2012

Kamu

Sebelum hari ini dihabiskan oleh 12malam, aku sempat ingin menuliskanmu pada berbagai cerita malam itu. Kau duduk disampingku, lilin-lilin yang hampir musnah oleh angin yang menganggu. aku bawa pena pada tangan kananku, sedang aku menjaga tangan kananmu dengan tangan kiriku. Kita dihadapkan janji sebulat purnama saat ini.

 

Tunggu, lihat aku, betapa kamu adalah aku, betapa aku adalah kita. tulis semaumu dalam otakku, saat mereka mulai berbicara tanpa bahasa tepat ditelinga. lalu kau diam, lalu kau marah, lalu kau membuang mataku.

 

Seperti janji Tuhan, Dia mempertemukan-menyatukan-mengabadikan, lalu jika kau tak setabah lilin ini, aku tak tau harus apa lagi. Angkara merasuki satu demi satu pembuluh nadiku, seakan ingin membuatku lebih dari kamu. Karena dengan ini kau akan mengerti bagaimana kemarahan adalah titik yang tak bisa kita diamkan, kita selesaikan~peluklah aku pada malam ini yang belum habis.

 

Karena kita adalah kesatuan tak bertuan, menjadikan eratan tanganku adalah ketabahan, dan kau akan tau titik sebelum pelukan.

 

Betapa kegetiran ini adalah ketakutan, kehilanganmu berarti aku kehilangan arti dalam puisiku
Share:

Aku Butuh Kamu

Pada bait yang sederhana
aku temukanmu sendiri tanpa cahaya
bisik bising jendela jendela kaca
tampikan embun tanpa surya
dan aku tanpa cinta

Lalu kau lekas pergi
seperti tergesa gesa tanpa aba aba
kau memelukku pada puisiku yang kehilangan tinta

Aku butuh penyemangat kali ini
penyemangat seperti api
ya. seperti kamu selama ini
Share:

Biografi

M.L.A. Mistam Lahir Duapuluh sekian tahun yang lalu. Belajar menulis puisi dan cerita pendek dari tahun 2010. Saat ini sedang menggemari membaca cerita dan menonton DVD. Buku-bukunya yang telah terbit “Yang Kucintai Selain Puisi (2013)”, “Aku Selalu Bisa Pulang (2014)”, “Apabila Denganmu (2015)", “Lelaki Pejuang Kuota (2016)", “Karena Di Dalam Lubuk Hatiku (2017)". Beberapa puisi dan cerpennya pernah diikutkan dalam beberapa buku “Sepasang Sayap yang Menerbangkan Ingatan (2012)”, “Antologi @puisi__cinta (2013)”, “Laut (2013)”, “Kepak Sayap-sayap (2014)” Sampai saat ini masih aktif membaca dan menulis bersama komunitas Banyuasin. Di blognya mohamadlatif.com ia masih suka menularkan rasa keegoisannya. Saat ini sedang sibuk mengerjakan sebuah buku terbarunya.

Hosting Unlimited Indonesia