![]() |
Picture is taken from here"Sebenarnya aku ingin sekali menjadi air-air yang tak pernah tertusuk.Karena mata, sejujurnya tak pernah sanggup membuat sebuah bendungan" |
Sunday, November 24, 2013
Sore, di Ruang Tamu
albumhitam
11:41:00 PM
antar, cinta, dingin, es, es batu, es syrup, esok, gelas-gelas, kotak, lain hari, lain kali, meja, melon, mimpi, mungkin, puisi, puisi cinta, senyuman, syrup, tegukan
No comments

picture is taken from here
Segar
es syrup melon itu
dengan
beberapa bongkah es batu kotak-kotak
yang
hampir saja kehilangan bentuknya
kau
yang selalu mengantarkan
ke
meja ruang tamu
bersama
dengan lengkung senyumanmu itu
dan
tak lupa
basa-basi
yang tak perlu
selalu
saja kita bahas
di
akhir sebuah tegukan
semoga
saja
masih
bisa kunikmati
beberapa
gelas lagi;
lain
hari
Wednesday, November 20, 2013
Saat Sore Tadi (feat @chandrawily)
tuliskan aku
kenangan yang tertinggal di kerah kemejamu
wangi bekas kecupanku yang tak kau ingat lagi baunya
ingatlah, segala hujan yang pernah menghukum
dan kedua saku jaketku
yang menjadi tempat bersembunyi tanganmu
hujan itu ialah mimpi-mimpi kita
yang dikembalikan langit
menjelma jatuh air yang menjerit kesakitan
--pada setiap butirnya
dan apakah kau tau
inilah kali terakhir kita
sebelum kepulangan jatuh
di bukit pipimu sebagai sesuatu yang basah
maka usaplah pipiku dengan lembut
--seperti bunga dandelion lepas dari tangkainya--
agar perpisahan tak sesedih seharusnya
semoga cinta
tak seperti yang ditakutkan
lingkarkan kembali sepasang tanganmu
kita lawan hujan, seperti kita lawan perpisahan
kenangan yang tertinggal di kerah kemejamu
wangi bekas kecupanku yang tak kau ingat lagi baunya
ingatlah, segala hujan yang pernah menghukum
dan kedua saku jaketku
yang menjadi tempat bersembunyi tanganmu
hujan itu ialah mimpi-mimpi kita
yang dikembalikan langit
menjelma jatuh air yang menjerit kesakitan
--pada setiap butirnya
dan apakah kau tau
inilah kali terakhir kita
sebelum kepulangan jatuh
di bukit pipimu sebagai sesuatu yang basah
maka usaplah pipiku dengan lembut
--seperti bunga dandelion lepas dari tangkainya--
agar perpisahan tak sesedih seharusnya
semoga cinta
tak seperti yang ditakutkan
lingkarkan kembali sepasang tanganmu
kita lawan hujan, seperti kita lawan perpisahan
Saturday, November 16, 2013
#5Bukudalamhidupku | Bermimpilah, Bermimpilah. Sekali Lagi, Sekali Lagi
Judul Buku : Yang Kucintai Selain Puisi
Penulis : Mohamad Latif Afadyra
Penerbit : Nida Dwi Karya Publishing
Halaman : 160 halaman
ISBN : 978-602-17042-8-8
Tahun Terbit : 2013
Bermimpilah
setinggi langit. agar jika nanti kau jatuh, kau akan jatuh diantara
bintang-bintang. Itu adalah salah satu kutipan, Presiden pertama kita I.R
Soekarno. Bung karno (Soekarno) adalah tokoh yang sangat aku kagumi. Selain sebagai
satu-satunya Presiden Indonesia yang mempunyai kharisma, kutipan-kutipan bung
karno juga menjadi hal yang telah membuatku, menajdikan Bung Karno sebagai
tokoh yang paling berpengaruh bagi diri aku sendiri, yang selalu menginspirasi,
yang selalu kuat, yang selalu tegas, yang selalu dikagumi—sampai saat ini.
Seperti kalimat
pertama di paragraf sebelumnya. Bisa aku pertegas, hidup itu berawal dari
mimpi. Lalu mulailah bermimpi dengan sebuah niat. Dan berjuang, berjuang,
berjuang. Hingga kau menganggap mimpi itu adalah langit. Yang entah sampai
kapan, entah sampai dimana, kau akan raih. Tapi apa salahnya, jika mimpi
terus kita perjuangkan. Dengan hal-hal sederhana yang kita bisa, misalnya. Karena
perjuangan juga tak selalu yang berat, dan mengeluarkan uang banyak bukan?. Ya walaupun
hasil perjuangan itu hanya menghasilkan 2 pilihan. Yaitu kata berhasil atau
tidak berhasil. Tapi, Bukankah hidup juga sebuah pilihan. Resiko itu perlu.
Bicara tentang
hidup dan mimpi. Apa saat ini, ada mimpi kalian yang sudah dicapai? Atau yang
akan segera dicapai? Atau bahkan yang belum tercapai? Apapun jawaban kalian
saat ini, setidaknya hidup yang kalian telah lalui kemarin itu tidak
membosankan. Karena, ada hal disana, untuk memikirkan sesuatu tentang mimpi,
tentang masa depan.
Saat ini aku
juga sebenarnya sedang bermimpi atau sedang—baru saja—menggapai mimpi. Entahlah,
namun sebuah buku dengan nama penulis, nama aku sendiri. Dan beberapa buku
lainnya, yang juga menuliskan namaku sebagai nama penulisnya, dengan penulis-penulis
lain. Berjejer rapi di rak buku bagian atas di tembok kamarku yang menghadap ke
barat. Yang berada diantara buku-buku hebat lainnya. Seperti buku puisinya
Sutardji, Taufiq Ismail, W.S Rendra, Chairil Anwar, Sapardi dan Aan Mansyur
yang memepet dari sebelah kanan dan di sebelah kiri. Telah membuatku bingung
sebenarnya. karena—sebelum ini—aku sendiri tidak tau apa definisi mimpi itu
sendiri? Yang aku tau, mimpi ya mimpi. Bukan sesuatu untuk kita gapai. Seperti mimpi
dalam tidur. Setelah bangun, ya sudah kita tidak bisa berbuat apa-apa bukan? Toh itu hanya mimpi.
Tapi setelah
jarum jam dikamarku berputar-putar ke kanan secara tak jelas. Sampai berpuluh-puluh
baterai AA telah jatuh ke tempat sampah.
Hingga saat dimana aku sedang menulis artikel ini. Aku sadar, mungkin mimpi ialah keinginan yang
tumbuh dari dalam hati kita, secara langsung atau secara tidak langsung. Membuat
kita akhirnya sadar, mimpi memang ada. Dan mungkin memang wajib diadakan.
Kalian pernah
nggak si? Berbuat satu hal saja, yang berarti bagi hidup kalian? Menikah dengan
pasangan pilihan kalian, bisa beli mobil, bisa beli rumah, bisa naik hajisama
orang tua, ngebanggain orang tua dengan prestasi atau semacamnya(bisa juga jadi
Presiden) Atau kalau misal nanti kalian mati, kalian pengen bisa masuk surga. Bermimpilah,
bermimpilah. Jangan pernah bosan melakukan sesuatu(walau pernah gagal)karena
sesungguhnya, kau hanya perlu melangkah sekali lagi, sekali lagi, dan sekali
lagi. Bermimpilah sebanyak apapun, setinggi apapun. walau kau tau, mungkin akan
sangat sulit dicapai. Dan hingga pada suatu saat nanti kau mengetahuinya bahwa,
kau sedang melampaui batas mimpimu. Maka bermimpilah untuk hidup, karena hidup
ialah mimpi itu sendiri.
Mohamad Latif
Afadyra 16 November 2013
Friday, November 15, 2013
#5Bukudalamhidupku | Jika Kematian Telah Kita Ketahui Lebih Dulu
Judul Buku : Hidup Berawal Dari Mimpi
Penulis : Fahd Djibran feat Bondan Prakoso & Fade2Black
Penerbit : Kurniaesa Publishing
Halaman : 231 halaman
ISBN : 978-602-993491-5
Tahun Terbit : 2011
Penulis : Fahd Djibran feat Bondan Prakoso & Fade2Black
Penerbit : Kurniaesa Publishing
Halaman : 231 halaman
ISBN : 978-602-993491-5
Tahun Terbit : 2011
Baiklah, mari
kita buat ramalan yang lebih sederhana: bagaimana jika kau akan meninggal
besok? Dua atau tiga hari lagi? Kalau ramalan itu berlaku padaku, mudah saja,
aku akan berhenti meminum obat-obat dari dokter dan akan menelepon kenny bahwa
selama ini aku suka padanya. Aku tak perlu malu lagi sebab tiga hari ke depan
aku sudah tiada. Selain itu, aku akan minta dibelikan coklat dan eskrim
sebanyak-banyaknya. Aku juga akan mendoakan mama dan papa, aga tuhan menyayangi
mereka dan mengampuni kesalahan-kesalahan mereka. Tentang aku, aku tak perlu
meminta maaf pada tuhan dan memintanya menyayangiku. Sudah jelas, tuhan sangat
menyayangi anak kecil dan akan memaafkan kesalahan-kesalahan mereka.
Hari ini, aku
menuliskan ramalan baru, semacam koreksi dari ramalanku sebelumnya: BUMI AKAN
BERAKHIR PADA 13 DESEMBER 2010. DIA MENINGGAL DENGAN TENANG.
***
15 Desember
2010
Maria menangis pilu sambil memeluk buku
catatan milik anaknya, bumi. Di sampul buku itu tertulis judul besar CATATAN
AKHIR DUNIA BUMI. Maria terus menangis. Air matanya deras menerjuni dua
tebing pipinya. Dia menggigit sebagian bibir bawahnya. Tangis yang pilu. “Bumi...
Bumi... Bumi...” dia terus memanggil anaknya, dalam suaranya yang menggigil,
dan nafas yang terisak. Bahunya berguncang-guncang
“sabar ma... Bumi akan bahagia disana... Dia
tak perlu kesakitan lagi.” Andri berusaha menenagkan istrinya, membelai
rambutnya.
Maria tak kuat lagi, tangisnya pecah, tumpah
di dada suaminya.
Dua hari yang lalu, pagi-pagi sekali saat
Maria akan membangunkannya dan mengantarkan segelas susu untuk putranya
tercinta, Bumi ditemukan meninggal dalam tidurnya...
...dengan tenang
Bumi ke Langit
Akupun tak
pernah membayangkan bagaimana sebuah judul ini dijadikan cerita. Dan aku juga
tak pernah berfikir bagaimana ceritanya. Bagaimana bisa bumi ini ke langit? Langit
saja ada di bumi. Namun fahd djibran, bondan prakoso dan fade2black, berhasil
membuatku sedikit geleng-geleng kepala. Ceritanya bagiku agak sedikit melenceng
dari lagunya.
Setauku bondan
& fade2black adalah sebuah—bisa dibilang—grup band. Tapi yang aku tau
fade2black itu semua vokalis. Dan bondan sendiri megang bass. Tapi aku sedang
tidak membahas itu. Ini tentang lagu-lagunya yang ngerapp tapi menginspirasi.
Hidup Berawal
Dari Mimpi. Adalah buku kumpulan cerita pendek pertama yang ditulis fahd
djibran, bondan dan fade2black. Semua cerita-cerita pendek di dalam buku ini
adalah pengembangan dari lagu-lagu bondan & fade2black sendiri. Aku suka semua
cerita-ceritanya. Kata-katanya nggak berat, sederhana, tapi ngena banget. Mungkin kalian yang sudah
membaca buku ini, berfikiran sepertiku. Yang cerita-ceritanya memang pernah
kita alami.
Tentang kehidupan
manusia pada umumnya. Cinta, persahabatan, sosial, kekeluargaan. Semua ada pada
buku ini. Bumi ke langit. Bagaimana cerita tentang seorang anak 12 tahun
menceritakan tentang kehidupannya—kehidupan nantinya—pada sebuah ramalannya
tersendiri. Dengan catatan yang diberi judul Catatan Akhir Dunia. Bagaimana tentang
cerita-cerita dan waktu yang selalu ia hitung dalam buku hariannya. Katanya dunia
akan berakhir tanggal 13 desember 2010. Imajinasi yang besar yang disampaikan
penulis.
Mengangkat cerita
tentang kematian, kekeluargaan, cinta. Dalam satu cerita yang dikisahkan
seorang anak kecil pengidap leukimia mielositik akut. 4bulan yang ia rasakan
setelah mengetahui penyakitnya. Hal-hal apa saja yang ia bayangkan, seketika
dunia memang berakhir tanggal 13 desember 2010. Adalah menarik bagiku. Kematian
memang sama sekali tidak bisa kita duga. Tapi apa yang akan kita lakukan,
setelah kematian bisa kita prediksi mulai dari jauh hari. Ya, pastinya kau akan
melakukan sesuatu atau beberapa sesuatu atau semua hal, yang belum kau wujudkan
selama hidup. Dan anak kecil itu masih terus bertanya-tanya. Hingga yang ia
inginkan hanya beberapa. Karena ia-pun
tau. Bahwa semua orang tau kalau dunia memang berakhir tanggal 13 Desember
2010. Tapi bukan dunia yang berakhir, tapi bumi yang berakhir. Nama anak
tersebut. Ya dan catatan yang ia buat, akhirnya berganti judul menjadi Catatan
Akhir Bumi.
***
Kematian,
Sakit, bahkan hal terkecil yang akan kita alami beberapa jam, menit bahkan
detik nantinya. Sangat sulit kita kira dan kita duga. Dan bagaimana jika semua
hal sudah kita amati dan antisipasi sebelumnya. Akankah benar-benar merubah? Ataukah
akan tetap sama? malam seperti biasa menutup hari. Dengan tidur yang
berharapkan mimpi. Semoga doa menjelang tidur ini, mengembalikanku esok, di
kehidupan yang—memang—belum pernah aku alami. Entah kematian atau memang—masih—benar-benar
mimpi.
Mohamad Latif
Afadyra 15 November 2013
Thursday, November 14, 2013
#5Bukudalamhidupku | Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia
Title : Malu (Aku) Jadi Orang
Indonesia
Author : Taufiq Ismail
Penerbit : Yayasan Indonesia
ISBN : 979-8424-04-2
Indonesia. Adalah
negara kita yang kaya. Kaya akan segalanya. Karena kita punya, maka kita kaya.
Indonesia adalah negara yang makmur. Karena kita punya, maka kita makmur.
Indonesia, Indonesi, Indonesia riwayatmu kini. Aku sering, sekarang-sekarang
ini mendengarkan lagu-lagu nasional sendirian. Dengan iringan musik asli. Atau tanpa
instrumental apapun.
Tanah air-ku tidak kulupakan
kan terkenang selama hidupku
Biarpun sayang, pergi jauh
Tidakkan hilang dari kalbu
Tanahku yang kucintai
Engkau ku hargai
Walaupun banyak negeri ku jalani
Yang mashur permai dikata orang
Tetapi kampung dan rumahku
Disanalahku terasa senang
Tanahku tak kulupakan
Engkau, kubanggakan
Indonesia
adalah negara tercintaku, Indonesia adalah negara yang damai, dan Indonesia
adalah negara yang lain sebagainya. Sayang, entah tahun berapa aku alami. Indonesia
benar-benar bisa dibanggakan dari segala aspeknya. Dan pernahkah kalian
berfikir, apa kalian tidak pernah sekalipun saja, ingin memajukan indonesia dan
membanggakannya? Hidup bukan Cuma sekedar hidup saja. Kalian punya lingkungan,
kalian punya teman, dan kalian punya rumah. Apa kalian tidak merasa malu negara
kalian—Indonesia—tidak pernah maju? Hutang yang semakin banyak, pula koruptor
yang takkan pernah kenyang makan uang kalian sendiri?
Indonesia bukan
hanya rumah. Yang dengan seenaknya saja kalian tinggali. Indonesia juga perlu
perlakuan yang baik. Indonesia juga butuh kasih sayang. Tapi kalian banyak
memanfaatkannya. Kekayaan, keberagamaan, kebudayaan, dan masih banyak yang
lainnya. Justru kalian jual dengan berbagai macam cara dan bentuk.
Jika seorang
penyair saja malu, harusnya sebagai orang-orang biasa. Atau masyarakat pada
umumnya, juga kalian harus lebih malu. Indonesia takkan pernah merdeka, jika
orang-orangnya tetap egois dengan kesenangan dan dunianya sendiri.
Malu (Aku) Jadi
Orang Indonesia. Seratus puisi Taufiq Ismail. Adalah buku ketiga yang merubah
hidupku. Ya walau aku tak mempunyai buku tersebut, karena buku tersebut milik
negara dan tidak untuk diperdagangkan. Aku suka buku tersebut, aku sering
meminjamnya di perpustakaan SMA dulu. Setelah aku membaca kumpulan sajak
Sapardi, sejak itu aku mulai membaca puisi-puisi lain. Termasuk buku puisi
Taufiq Ismail ini. Sebulan sekali, aku selalu meminjam buku tersebut. Hanya untuk
dibaca-baca dan mengerti lebih lanjut tentang kata-kata yang hendak disampaikan
penulis. Aku tak suka dengan denda, maka dari itu aku selalu mengembalikannya
tepat waktu, walau waktu peminjamannya hanya dua hari. Maka dari itu pula,
dengan adanya jangka waktu, aku meminjam buku tersebut di bulan berikutnya. Karena
membaca di perpustakaan selalu tak tenang, ruang perpustakaannya memang sepi. Hampir
tidak ada yang berbicara. Tapi diluar ruangan perpustakaan berhadapan dengan
lapangan upacara, yang biasanya dijadikan lapangan sepakbola mini—atau jaman
sekarang biasa disebut dengan futsal—yang gawangnya dibuat dari beberapa sepatu
yang ditumpuk. Memang, jaman SMAku dulu adalah jaman yang sangat menyenangkan.
Untuk membaca
sebuah buku. Biasanya aku tak langsung membuka lembar demi lembar halaman isi. Tapi
aku lihat dari sebuah judul bukunya. judulnya menarik, bikin penasaran orang
untuk membacanya. Kata pembukanya pun menambah bikin penasaran setiap orang
yang akan membacanya.
Pada buku ini,
Taufiq Ismail aku baca sebagai penyair yang sangat sekali peka dengan sejarah. Kata-katanya
sederhana, namun sarat sekali makna. Puisi-puisinya aku lihat sebagai protes
dan rasa malunya tentang negara ini. Gaya penulisannya-pun cukup menarik. Ia misalkan
sebagai kehidupan aslinya, atau ia misalnya dengan hal-hal yang sejajar. Namun selalu,
penuh kritik dan protes. Banyak sebenanrnya yang diangkat Taufiq Ismail dalam
buku ini, kesenjangan, kekecewaan, penindasan, pemerintahan, politik,
kemiskinan, diktator, pokoknya hampir segalanya tentang kritik dan protes. Penulis—dalam
buku ini—sepertinya lebih banyak menggunakan teknik narasi atau bercerita pada
puisi-puisinya. Dari puisi, penulis mencoba jadi pendongeng yang khawatir, yang
cemas, yang takut, yang melawan, yang berani. Tapi tidak sedikit puisinya juga
jenaka, dengan sindiran-sindiran yang bagiku ngena jika sebagai orang yang dituju ikut membacanya. Demikian buku
ini, aku nilai pribadi sebagai buku yang mewakilkan perasaan masyarakat Indonesia
pada waktu itu—orde baru.
Malu (Aku) Jadi
Orang Indonesia. Dan semoga nanti, jika Indonesia tumbuh menjadi tanah air yang
sebenar-benarnya tanah air. Indonesia kaya, makmur, damai, sejahtera, rukun,
adil dan lain sebagainya yang sebenar-benarnya. Mungkin saat
itu aku membuat buku puisi kelanjutan dari buku puisi ini. Dan akan aku buat
judulnya satu halaman penuh, agar pembaca bisa langsung tau. Kita memang harus
bangga—“Bangga (Aku) Jadi Orang Indonesia”
Mohamad Latif Afadyra
14 November 2013
Wednesday, November 13, 2013
jatuh cinta diam-diam (2)
image taken from here
Sebenarnya, dari dulu
Aku yang diam-diam tanpa pernah kamu tau
Memperhatikan senyummu, Yang bagimu biasa
Semoga saja kamu tau
Mengapa aku suka duduk di belakangmu
Mengapa aku tidak pernah membolos
Mengapa aku diam-diam
Semoga cinta
memang bisa memiliki
dengan tanpa memiliki
#5Bukudalamhidupku | O, Amuk, Kapak
Title : O, Amuk, Kapak
Author : Sutardji Calzoum Bachri
O, Amuk, Kapak
Satu
kuterjemahkan tubuhku ke dalam tubuhmu
ke dalam rambutmu kuterjemahkan rambutku
jika tanganmu tak bisa bilang tanganku
kuterjemahkan tanganku ke dalam tanganmu
jika lidahmu tak bisa mengucap lidahku
kuterjemahkan lidahku ke dalam lidahmu
aku terjemahkan jemariku ke dalam jemarimu
jika jari jemarimu tak bisa memetikku
ke dalam darahmu kuterjemahkan darahku
kalau darahmu tak bisa mengucap darahku
jika ususmu belum bisa mencerna ususku
kuterjemahkan ususku ke dalam ususmu
kalau kelaminmu belum bilang kelaminku
aku terjemahkan kelaminku ke dalam kelaminmu
daging kita satu arwah kita satu
walau masing jauh
yang tertusuk padamu berdarah padaku
ke dalam rambutmu kuterjemahkan rambutku
jika tanganmu tak bisa bilang tanganku
kuterjemahkan tanganku ke dalam tanganmu
jika lidahmu tak bisa mengucap lidahku
kuterjemahkan lidahku ke dalam lidahmu
aku terjemahkan jemariku ke dalam jemarimu
jika jari jemarimu tak bisa memetikku
ke dalam darahmu kuterjemahkan darahku
kalau darahmu tak bisa mengucap darahku
jika ususmu belum bisa mencerna ususku
kuterjemahkan ususku ke dalam ususmu
kalau kelaminmu belum bilang kelaminku
aku terjemahkan kelaminku ke dalam kelaminmu
daging kita satu arwah kita satu
walau masing jauh
yang tertusuk padamu berdarah padaku
Segala sesuatu
pasti bermula dari awal. Kata pertama adalah kata yang cocok untuk mengawali
segala yang berawal. Pertama kalian lahir sebagai makhluk hidup yang mempunyai
akal dan hati. Pertama kalian mendapat kasih sayang dari ibu yang rela
meluangkan waktunya kalian. Pertama kita akhirnya dapat berguling-guling, lalu
merangkak, berjalan dan akhirnya dapat berbicara. Semua akan kalian awali,
semua akan menjadi kalimat pertama.
Pertama adalah
bukan hal untuk kita akhiri. Seperti kata pertemuan, pertemuan berbeda dengan
pertama. Jika pertemuan harus diakhiri dengan perpisahan. Pertama diakhiri
dengan kata terakhir. Aku binggung menjelaskannya disini, yang jelas pertama
itu beda dengan kata pertemuan. Ini menurutku ya, jika menurut kalian sama. Ya itu
terserah kalian.hehe
Ada yang harus
aku jelaskan tentang kata pertama yang dari tadi—walau sedikit—aku tulis di
awal-awal kalimat. aku akan menjelaskan tentang hal pertama ku mengenal cinta. Kau
juga pasti akan mengalami hal pertama untuk mengenal cinta bahkan untuk jatuh
cinta. Jatuh cinta kepada lawan jenis kita masing-masing tentunya. Tapi berbeda,
ini adalah cinta pertamaku kepada sajak dan puisi.
Aku adalah anak
yang pendiam. Dan pada kediamanku aku termasuk orang yang sangat tidak suka
membaca. Berbeda dengan kebanyakan orang yang pendiam. Mereka justru lebih bisa
menggunakan waktu diamnya untuk membaca. Tapi tidak, setelah aku mengenal cinta
kepada salah satu buku. Ini berawal ketika aku kelas satu SMA, aku masih
lucu-lucunya di sekolah waktu itu. Dan pendiamnnya aku mungkin sedang
hebat-hebatnya. Aku termasuk orang yang susah untuk berinteraksi. Hingga setiap
kali istirahat sekolah, aku harus ke kantin sendirian, tanpa teman. Kalau tidak
salah, saat itu hari senin entah tanggal berapa. Ah, mungkin bukan hari senin. Tapi
anggap saja saat itu hari senin. Sudah lebih dari 7 tahun ini, semoga saja ingatanku
masih dapat mengingat yang dulu.
Waktu itu
sedang pelajaran bahasa Indonesia, yang ternyata ada tugas. Untuk mencari puisi
yang harus dicari oleh siswa di perpustakaan. Dan setelah itu dibacakan di
depan kelas. Saat itu siswa sekelas langsung berbondong menuju perpustakaan. Guru
menyuruh kami, untuk mencari puisi yang biasanya ada pada kolom remaja di koran
hari minggu. Tapi aku sedikit binggung. Bagaimana bisa sekolah berlangganan
koran hari minggu? Padahal hari minggu sekolah selalu tutup. Dan akhirnya aku,
yang mempunyai ide jenius. Akhirnya aku mencari buku kumpulan puisi. Yah, walaupun
ide ini adalah ide yang mainstream. Bagaimana tidak, akhirnya semua siswa
mencari buku kumpulan puisi juga.
O, Amuk, Kapak.
Aku temukan di antara deretan buku sastra. Yang tidak ada satupun siswa
mengambilnya. Walaupun ada 4buku yang sama berjejer disana. Mungkin karena
sampul buku yang kurang diminati para siswa. Akhirnya aku ambil, dan
membuka-buka lembar demi lembar halaman. Saat itu aku belum memutuskan langsung
untuk meminjam buku itu. Seperti teman-teman yang lain juga. Tapi setelah aku
menemukan puisi “Satu” entah kenapa aku langsung menyukainya.
‘Satu’ maknanya
dalam sekali. Ya, walaupun aku saat itu bukan pembaca yang baik. Tapi aku
langsung suka dengan puisi itu. Kata-katanya sederhana, tapi sangat tegas. Dan sejak
saat itu pula. Aku sudah memutuskan untuk jatuh cinta kepada puisi. Aku banyak-banyak
mencari buku puisi, Aku membaca, aku menulis. Ya tentang puisi tentunya. Saat itu
adalah pertamaku mengenal puisi, dari buku sutardji—yang saat itu baru saja
kukenalnya—yang membuatku jatuh cinta.
Buku ini adalah
salah satu buku yang mengubah hidupku sekarang. Salah satu hal yang telah
membuatku berubah menjadi lebih baik. Salah satu hal yang telah membuatku
menulis buku kumpulan puisiku sendiri, dan tiga buku antologi. Terimakasih sutardji,
terimakasih puisi. Aku mencintaimu
Tuesday, November 12, 2013
#5bukudalamhidupku | Friendship will never end
FRIENDSHIP WILL NEVER
END
Percayalah
kalian, bahwa masa Sma adalah masa remaja yang paling tidak dilupakan. Bisa
dibilang masa paling indah bagi para penyair amatir. Disana masa remaja kita
telah tumbuh dan siap bermetamorfosis untuk mencari jati dirinya. Mencari apa
yang ada pada pemikirannya, dan tentu pemikiran-pemikiran yang akan
direalisasikan. Dalam waktu dekat, atau dalam jangka panjang.
Disana—di masa
SMA—ada masa-masa yang mungkin baru pernah kalian alami bukan? Masa-masa
mengenal cinta pertama, masa-masa melarikan diri pas jam pelajaran berlangsung,
masa-masa merasakan baru pertama kalinya bebas berkendara motor karena baru
punya SIM. masa-masa pertama kalinya bangun siang gara-gara semalaman begadang
dengan teman nongkrong. Menikmati malam dan beberapa rokok yang masih ngeteng
gara-gara uang saku yang masih pas-pasan.
Dan pasti
selalu saja ada hal yang akan kalian ingat begitu saja ketika seseorang—atau
anggap saja aku—mengatakan SMA. Entah itu kenangan-kenangan manis dan pahit,
kalian pasti akan dengan gampangnya mengingat ingatan tersebut. Karena
percayalah, ingatan tidak akan pernah bisa melupa begitu saja, sehebat apa kau
bisa mampu melupa.
Ini adalah buku
kenang-kenanganku waktu SMA. Bukunya sebenarnya tipis, tapi terlihat agak tebal
dengan hard cover yang menjadi sampul bukunya. Ukurannya mungkin agak sama
sebesar buku cetak matematika, yang mungkin juga sangat jarang kau membacanya.
Karena kau tau semua tugas ada di LKS dan materi-materipun sudah dijelaskan
pada saat kegiatan belajar mengajar. Tapi tetap saja aja yang berbeda,
bentuknya persegi, semua sama sisi.
Buku ini
sekarang tinggal di rak buku—yang kubuat sendiri dari kayu bekas lemari
pakaian—ia berada di paling kiri jejeran koleksi-koleksi bukuku sekarang. Aku
sengaja meletakannya dipaling kiri. Bukan agar tak terlihat langsung oleh mata,
karena posisinya paling ujung. Melainkan memang koleksi-koleksi bukuku aku
urutkan bedasarkan yang paling tebal dan besar, sampai yang paling kecil. Dari
kiri hingga kanan. Tak ada alasan tertentu sebenarnya, agar ingin tampak
terlihat rapi saja.
Buku ini tak
mempunyai penerbit. Tapi mempunyai hak cipta. Ya, semoga kalian tau. Hak cipta
itu otomatis dimiliki oleh penulis, tanpa harus menggunakan embel-embel penerbit. Ya walaupun buku
itu akhirnya diterbitkan. Hak cipta—desain dan layout—dimiliki oleh para
panitia pembuatan buku ini. Sebentar, mungkin kalian agak bingung atau pula
risih membaca buku ini ya walau sudah dilampirkan di dalam postingan.
Yasudah, aku akan mengganti kata-katanya menjadi yearbook. Bukan supaya terlihat gaul atau mengikuti gaya-gaya
bahasa asing. Yearbook, sesuai artinya dalam bahasa nasional kita buku tahunan.
Yearbook ini
aku tak tau pasti ada berapa halaman. Tidak ada nomor halaman ditiap lembar
kertasnya. Dan tidak ada daftar isi, untuk membantu pembaca menuju ke halaman
berapa yang dicarinya. Ya walaupun nanti akan diketahui jika memang sengaja
dihitung dari awal. Tapi, aku memang malas menghitungnya. Salah satu hal yang
aku suka dari yearbook ini, adalah soal garansi. Garansinya satu tahun penuh. Busyet kaya laptop aja ada garansinya, 1
tahun lagi itulah pemikiran pertamaku saat pertama membaca halaman
pertamanya. Hingga akupun pernah berfikir, jika 1hari sebelum garansi bukunya
habis. Kubiarkan yearbook ini dimakan tikus, agar bisa diganti yang baru. Haha,
memang pemikiran jaman SMA yang labil. Apalagi dengan status yang baru aja
lulus.
Yearbook ini
bukan buku novel atau kumpulan cerita atau apalah itu. Isinya foto-foto di
jaman SMA dulu. Foto-foto yang memang sengaja dibuat untuk keperluan yearbook
ini. Mungkin pembuat—panitia pembuatan yearbook—berfikiran ini memang akan
dikenang nanti di masa-masa mendatang. Maka dari itu kami—siswa yang mau
lulus—untuk membuat foto-foto untuk dimasukan ke yearbook. Temanya bebas, asalkan ada foto-foto siswa sekelas. Kata si pembuat
yearbook ini.
halaman pertama
yearbook ini adalah tulisan nama sekolahku. Lalu dibaliknya, ada foto setengah
halaman ibu kepala sekolah dengan kata-kata pengantar dan sebagainya. Aku, atau
kami—siswa SMA—mungkin akan memaklumi hal tersebut. Karena beliau memang kepala
sekolah, bukan seorang model yang sedang mengikuti lomba foto dan lomba tulis
kata pengantar atau sambutan. Setelah itu ada beberapa kolom dan baris yang
memperlihatkan foto-foto guru. Semua guru, bahkan bagian TU dan penjaga
sekolah. Ada yang saya bingung waktu itu, kenapa guru killer sekalipun saat di
foto itu tersenyum? Kenapa tidak muka asli judesnya saja?
Para creative
crew, yang dalam masalah ini adalah si panitia pembuatan yearbook. Tampil
narsis di halaman selanjutnya. Dan yang paling ditunggu. Karena dulu aku adalah
siswa 12 IPA 1 maka tidak harus dengan undian atau semacamnya, pasti kelasku
akan muncul pertama sebagai pembuka. Dan ternyata, fotoku terpampang disana
dengan bergandengan tangan dengan teman-teman sekelas, selayak pasangan suami
istri yang baru saja naik pelaminan dan langsung minta difoto. Setiap kelas
menceritakan cerita meraka masing-masing. Ada yang menceritakannya dengan model
komik jepang, setiap siswa berpose lalu ditambah kata-kata nyleneh saat proses
editing. Ada yang menceritakan tentang kejadian lucu-lucunya di kelas. Tentu,
dengan sengaja atau tanpa disengaja. Yang jelas Temanya bebas, asalkan ada foto-foto siswa sekelas. Begitu kata
panitia. Pokoknya macam-macam, dan kreasinyapun bagus-bagus.
Kelasku membuat
cerita tentang permainan tradisional. Karena kelas kami beranggapan, semakin
maju jaman dan teknologi. Semakin dilupakan pula permainan-permainan
tradisional. Siswa kelas kami dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok
memainkan salah satu permainan tradisional. Dan tentu, karena ini kami buat
sengaja. Tak jarang pula ketika diambil gambarnya aku, dan teman-teman lainpun
berpose se-nyleneh dan seheboh
mungkin. Karena dari awal memang sudah diberi tau. Apalagi aku, yang selalu
beranggapan bahwa yearbook ini adalah kenangan satu-satunya yang akan tetap
abadi, meskipun aku nanti sengaja melupa. Yearbook ini akan tetap ada dan
mengingatkan apa yang telah sengaja dilupa.
Diantara isi
dan segala macam-macamnya di yearbook ini. Aku paling suka dengan sampul
bukunya. bukan hanya tentang gambarnya, yang menggambarkan sepasang tangan
sedang berjabatan. Yang mengisyaratkan yang kalian pasti tau alasannya. Tapi
tentang judul buku yang selalu membuatku tidak ingin—dengan sengaja—melupa
begitu saja. “FRIENDSHIP WILL NEVER END”
Mohamad Latif
Afadyra 12 November 2013
Sunday, November 3, 2013
Biografi
M.L.A. Mistam Lahir Duapuluh sekian tahun yang lalu. Belajar menulis puisi dan cerita pendek dari tahun 2010. Saat ini sedang menggemari membaca cerita dan menonton DVD. Buku-bukunya yang telah terbit “Yang Kucintai Selain Puisi (2013)”, “Aku Selalu Bisa Pulang (2014)”, “Apabila Denganmu (2015)", “Lelaki Pejuang Kuota (2016)", “Karena Di Dalam Lubuk Hatiku (2017)". Beberapa puisi dan cerpennya pernah diikutkan dalam beberapa buku “Sepasang Sayap yang Menerbangkan Ingatan (2012)”, “Antologi @puisi__cinta (2013)”, “Laut (2013)”, “Kepak Sayap-sayap (2014)” Sampai saat ini masih aktif membaca dan menulis bersama komunitas Banyuasin. Di blognya mohamadlatif.com ia masih suka menularkan rasa keegoisannya. Saat ini sedang sibuk mengerjakan sebuah buku terbarunya.