Sunday, November 24, 2013

Sore, di Ruang Tamu

picture is taken from here

Segar es syrup melon itu
dengan beberapa bongkah es batu kotak-kotak
yang hampir saja kehilangan bentuknya

kau yang selalu mengantarkan
ke meja ruang tamu
bersama dengan lengkung senyumanmu itu

dan tak lupa
basa-basi yang tak perlu
selalu saja kita bahas
di akhir sebuah tegukan

semoga saja
masih bisa kunikmati
beberapa gelas lagi;

lain hari 
Share:

Wednesday, November 20, 2013

Saat Sore Tadi (feat @chandrawily)

tuliskan aku
kenangan yang tertinggal di kerah kemejamu
wangi bekas kecupanku yang tak kau ingat lagi baunya

ingatlah, segala hujan yang pernah menghukum
dan kedua saku jaketku
yang menjadi tempat bersembunyi tanganmu

hujan itu ialah mimpi-mimpi kita
yang dikembalikan langit
menjelma jatuh air yang menjerit kesakitan
--pada setiap butirnya

dan apakah kau tau
inilah kali terakhir kita
sebelum kepulangan jatuh
di bukit pipimu sebagai sesuatu yang basah

maka usaplah pipiku dengan lembut
--seperti bunga dandelion lepas dari tangkainya--
agar perpisahan tak sesedih seharusnya

semoga cinta
tak seperti yang ditakutkan
lingkarkan kembali sepasang tanganmu
kita lawan hujan, seperti kita lawan perpisahan


Share:

Saturday, November 16, 2013

#5Bukudalamhidupku | Bermimpilah, Bermimpilah. Sekali Lagi, Sekali Lagi

Judul Buku : Yang Kucintai Selain Puisi
Penulis : Mohamad Latif Afadyra
Penerbit : Nida Dwi Karya Publishing
Halaman : 160 halaman
ISBN : 978-602-17042-8-8
Tahun Terbit : 2013

Bermimpilah setinggi langit. agar jika nanti kau jatuh, kau akan jatuh diantara bintang-bintang. Itu adalah salah satu kutipan, Presiden pertama kita I.R Soekarno. Bung karno (Soekarno) adalah tokoh yang sangat aku kagumi. Selain sebagai satu-satunya Presiden Indonesia yang mempunyai kharisma, kutipan-kutipan bung karno juga menjadi hal yang telah membuatku, menajdikan Bung Karno sebagai tokoh yang paling berpengaruh bagi diri aku sendiri, yang selalu menginspirasi, yang selalu kuat, yang selalu tegas, yang selalu dikagumi—sampai saat ini.
Seperti kalimat pertama di paragraf sebelumnya. Bisa aku pertegas, hidup itu berawal dari mimpi. Lalu mulailah bermimpi dengan sebuah niat. Dan berjuang, berjuang, berjuang. Hingga kau menganggap mimpi itu adalah langit. Yang entah sampai kapan, entah sampai dimana, kau akan raih. Tapi apa salahnya, jika mimpi terus kita perjuangkan. Dengan hal-hal sederhana yang kita bisa, misalnya. Karena perjuangan juga tak selalu yang berat, dan mengeluarkan uang banyak bukan?. Ya walaupun hasil perjuangan itu hanya menghasilkan 2 pilihan. Yaitu kata berhasil atau tidak berhasil. Tapi, Bukankah hidup juga sebuah pilihan. Resiko itu perlu.
Bicara tentang hidup dan mimpi. Apa saat ini, ada mimpi kalian yang sudah dicapai? Atau yang akan segera dicapai? Atau bahkan yang belum tercapai? Apapun jawaban kalian saat ini, setidaknya hidup yang kalian telah lalui kemarin itu tidak membosankan. Karena, ada hal disana, untuk memikirkan sesuatu tentang mimpi, tentang masa depan.
Saat ini aku juga sebenarnya sedang bermimpi atau sedang—baru saja—menggapai mimpi. Entahlah, namun sebuah buku dengan nama penulis, nama aku sendiri. Dan beberapa buku lainnya, yang juga menuliskan namaku sebagai nama penulisnya, dengan penulis-penulis lain. Berjejer rapi di rak buku bagian atas di tembok kamarku yang menghadap ke barat. Yang berada diantara buku-buku hebat lainnya. Seperti buku puisinya Sutardji, Taufiq Ismail, W.S Rendra, Chairil Anwar, Sapardi dan Aan Mansyur yang memepet dari sebelah kanan dan di sebelah kiri. Telah membuatku bingung sebenarnya. karena—sebelum ini—aku sendiri tidak tau apa definisi mimpi itu sendiri? Yang aku tau, mimpi ya mimpi. Bukan sesuatu untuk kita gapai. Seperti mimpi dalam tidur. Setelah bangun, ya sudah kita tidak bisa berbuat apa-apa bukan? Toh  itu hanya mimpi.
Tapi setelah jarum jam dikamarku berputar-putar ke kanan secara tak jelas. Sampai berpuluh-puluh baterai AA telah jatuh ke tempat sampah.  Hingga saat dimana aku sedang menulis artikel ini.  Aku sadar, mungkin mimpi ialah keinginan yang tumbuh dari dalam hati kita, secara langsung atau secara tidak langsung. Membuat kita akhirnya sadar, mimpi memang ada. Dan mungkin memang wajib diadakan.
Kalian pernah nggak si? Berbuat satu hal saja, yang berarti bagi hidup kalian? Menikah dengan pasangan pilihan kalian, bisa beli mobil, bisa beli rumah, bisa naik hajisama orang tua, ngebanggain orang tua dengan prestasi atau semacamnya(bisa juga jadi Presiden) Atau kalau misal nanti kalian mati, kalian pengen bisa masuk surga. Bermimpilah, bermimpilah. Jangan pernah bosan melakukan sesuatu(walau pernah gagal)karena sesungguhnya, kau hanya perlu melangkah sekali lagi, sekali lagi, dan sekali lagi. Bermimpilah sebanyak apapun, setinggi apapun. walau kau tau, mungkin akan sangat sulit dicapai. Dan hingga pada suatu saat nanti kau mengetahuinya bahwa, kau sedang melampaui batas mimpimu. Maka bermimpilah untuk hidup, karena hidup ialah mimpi itu sendiri.

Mohamad Latif Afadyra 16 November 2013

Share:

Friday, November 15, 2013

#5Bukudalamhidupku | Jika Kematian Telah Kita Ketahui Lebih Dulu


Judul Buku : Hidup Berawal Dari Mimpi
Penulis : Fahd Djibran feat Bondan Prakoso & Fade2Black
Penerbit : Kurniaesa Publishing
Halaman : 231 halaman
ISBN : 978-602-993491-5
Tahun Terbit : 2011


Baiklah, mari kita buat ramalan yang lebih sederhana: bagaimana jika kau akan meninggal besok? Dua atau tiga hari lagi? Kalau ramalan itu berlaku padaku, mudah saja, aku akan berhenti meminum obat-obat dari dokter dan akan menelepon kenny bahwa selama ini aku suka padanya. Aku tak perlu malu lagi sebab tiga hari ke depan aku sudah tiada. Selain itu, aku akan minta dibelikan coklat dan eskrim sebanyak-banyaknya. Aku juga akan mendoakan mama dan papa, aga tuhan menyayangi mereka dan mengampuni kesalahan-kesalahan mereka. Tentang aku, aku tak perlu meminta maaf pada tuhan dan memintanya menyayangiku. Sudah jelas, tuhan sangat menyayangi anak kecil dan akan memaafkan kesalahan-kesalahan mereka.

Hari ini, aku menuliskan ramalan baru, semacam koreksi dari ramalanku sebelumnya: BUMI AKAN BERAKHIR PADA 13 DESEMBER 2010. DIA MENINGGAL DENGAN TENANG.
***
15 Desember 2010
Maria menangis pilu sambil memeluk buku catatan milik anaknya, bumi. Di sampul buku itu tertulis judul besar CATATAN AKHIR DUNIA BUMI. Maria terus menangis. Air matanya deras menerjuni dua tebing pipinya. Dia menggigit sebagian bibir bawahnya. Tangis yang pilu. “Bumi... Bumi... Bumi...” dia terus memanggil anaknya, dalam suaranya yang menggigil, dan nafas yang terisak. Bahunya berguncang-guncang
“sabar ma... Bumi akan bahagia disana... Dia tak perlu kesakitan lagi.” Andri berusaha menenagkan istrinya, membelai rambutnya.
Maria tak kuat lagi, tangisnya pecah, tumpah di dada suaminya.
Dua hari yang lalu, pagi-pagi sekali saat Maria akan membangunkannya dan mengantarkan segelas susu untuk putranya tercinta, Bumi ditemukan meninggal dalam tidurnya...
...dengan tenang

Bumi ke Langit
Akupun tak pernah membayangkan bagaimana sebuah judul ini dijadikan cerita. Dan aku juga tak pernah berfikir bagaimana ceritanya. Bagaimana bisa bumi ini ke langit? Langit saja ada di bumi. Namun fahd djibran, bondan prakoso dan fade2black, berhasil membuatku sedikit geleng-geleng kepala. Ceritanya bagiku agak sedikit melenceng dari lagunya.
Setauku bondan & fade2black adalah sebuah—bisa dibilang—grup band. Tapi yang aku tau fade2black itu semua vokalis. Dan bondan sendiri megang bass. Tapi aku sedang tidak membahas itu. Ini tentang lagu-lagunya yang ngerapp tapi menginspirasi.
Hidup Berawal Dari Mimpi. Adalah buku kumpulan cerita pendek pertama yang ditulis fahd djibran, bondan dan fade2black. Semua cerita-cerita pendek di dalam buku ini adalah pengembangan dari lagu-lagu bondan & fade2black sendiri. Aku suka semua cerita-ceritanya. Kata-katanya nggak berat, sederhana, tapi ngena banget. Mungkin kalian yang sudah membaca buku ini, berfikiran sepertiku. Yang cerita-ceritanya memang pernah kita alami.
Tentang kehidupan manusia pada umumnya. Cinta, persahabatan, sosial, kekeluargaan. Semua ada pada buku ini. Bumi ke langit. Bagaimana cerita tentang seorang anak 12 tahun menceritakan tentang kehidupannya—kehidupan nantinya—pada sebuah ramalannya tersendiri. Dengan catatan yang diberi judul Catatan Akhir Dunia. Bagaimana tentang cerita-cerita dan waktu yang selalu ia hitung dalam buku hariannya. Katanya dunia akan berakhir tanggal 13 desember 2010. Imajinasi yang besar yang disampaikan penulis.
Mengangkat cerita tentang kematian, kekeluargaan, cinta. Dalam satu cerita yang dikisahkan seorang anak kecil pengidap leukimia mielositik akut. 4bulan yang ia rasakan setelah mengetahui penyakitnya. Hal-hal apa saja yang ia bayangkan, seketika dunia memang berakhir tanggal 13 desember 2010. Adalah menarik bagiku. Kematian memang sama sekali tidak bisa kita duga. Tapi apa yang akan kita lakukan, setelah kematian bisa kita prediksi mulai dari jauh hari. Ya, pastinya kau akan melakukan sesuatu atau beberapa sesuatu atau semua hal, yang belum kau wujudkan selama hidup. Dan anak kecil itu masih terus bertanya-tanya. Hingga yang ia inginkan hanya beberapa.  Karena ia-pun tau. Bahwa semua orang tau kalau dunia memang berakhir tanggal 13 Desember 2010. Tapi bukan dunia yang berakhir, tapi bumi yang berakhir. Nama anak tersebut. Ya dan catatan yang ia buat, akhirnya berganti judul menjadi Catatan Akhir Bumi.
***
Kematian, Sakit, bahkan hal terkecil yang akan kita alami beberapa jam, menit bahkan detik nantinya. Sangat sulit kita kira dan kita duga. Dan bagaimana jika semua hal sudah kita amati dan antisipasi sebelumnya. Akankah benar-benar merubah? Ataukah akan tetap sama? malam seperti biasa menutup hari. Dengan tidur yang berharapkan mimpi. Semoga doa menjelang tidur ini, mengembalikanku esok, di kehidupan yang—memang—belum pernah aku alami. Entah kematian atau memang—masih—benar-benar mimpi.

Mohamad Latif Afadyra 15 November 2013

Share:

Thursday, November 14, 2013

#5Bukudalamhidupku | Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia

Title : Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia
Author : Taufiq Ismail
Penerbit : Yayasan Indonesia
ISBN : 979-8424-04-2

Indonesia. Adalah negara kita yang kaya. Kaya akan segalanya. Karena kita punya, maka kita kaya. Indonesia adalah negara yang makmur. Karena kita punya, maka kita makmur. Indonesia, Indonesi, Indonesia riwayatmu kini. Aku sering, sekarang-sekarang ini mendengarkan lagu-lagu nasional sendirian. Dengan iringan musik asli. Atau tanpa instrumental apapun.
Tanah air-ku tidak kulupakan
kan terkenang selama hidupku
Biarpun sayang, pergi jauh
Tidakkan hilang dari kalbu
Tanahku yang kucintai
Engkau ku hargai

Walaupun banyak negeri ku jalani
Yang mashur permai dikata orang
Tetapi kampung dan rumahku
Disanalahku terasa senang
Tanahku tak kulupakan
Engkau, kubanggakan

Indonesia adalah negara tercintaku, Indonesia adalah negara yang damai, dan Indonesia adalah negara yang lain sebagainya. Sayang, entah tahun berapa aku alami. Indonesia benar-benar bisa dibanggakan dari segala aspeknya. Dan pernahkah kalian berfikir, apa kalian tidak pernah sekalipun saja, ingin memajukan indonesia dan membanggakannya? Hidup bukan Cuma sekedar hidup saja. Kalian punya lingkungan, kalian punya teman, dan kalian punya rumah. Apa kalian tidak merasa malu negara kalian—Indonesia—tidak pernah maju? Hutang yang semakin banyak, pula koruptor yang takkan pernah kenyang makan uang kalian sendiri?
Indonesia bukan hanya rumah. Yang dengan seenaknya saja kalian tinggali. Indonesia juga perlu perlakuan yang baik. Indonesia juga butuh kasih sayang. Tapi kalian banyak memanfaatkannya. Kekayaan, keberagamaan, kebudayaan, dan masih banyak yang lainnya. Justru kalian jual dengan berbagai macam cara dan bentuk.
Jika seorang penyair saja malu, harusnya sebagai orang-orang biasa. Atau masyarakat pada umumnya, juga kalian harus lebih malu. Indonesia takkan pernah merdeka, jika orang-orangnya tetap egois dengan kesenangan dan dunianya sendiri.
Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia. Seratus puisi Taufiq Ismail. Adalah buku ketiga yang merubah hidupku. Ya walau aku tak mempunyai buku tersebut, karena buku tersebut milik negara dan tidak untuk diperdagangkan. Aku suka buku tersebut, aku sering meminjamnya di perpustakaan SMA dulu. Setelah aku membaca kumpulan sajak Sapardi, sejak itu aku mulai membaca puisi-puisi lain. Termasuk buku puisi Taufiq Ismail ini. Sebulan sekali, aku selalu meminjam buku tersebut. Hanya untuk dibaca-baca dan mengerti lebih lanjut tentang kata-kata yang hendak disampaikan penulis. Aku tak suka dengan denda, maka dari itu aku selalu mengembalikannya tepat waktu, walau waktu peminjamannya hanya dua hari. Maka dari itu pula, dengan adanya jangka waktu, aku meminjam buku tersebut di bulan berikutnya. Karena membaca di perpustakaan selalu tak tenang, ruang perpustakaannya memang sepi. Hampir tidak ada yang berbicara. Tapi diluar ruangan perpustakaan berhadapan dengan lapangan upacara, yang biasanya dijadikan lapangan sepakbola mini—atau jaman sekarang biasa disebut dengan futsal—yang gawangnya dibuat dari beberapa sepatu yang ditumpuk. Memang, jaman SMAku dulu adalah jaman yang sangat menyenangkan.
Untuk membaca sebuah buku. Biasanya aku tak langsung membuka lembar demi lembar halaman isi. Tapi aku lihat dari sebuah judul bukunya. judulnya menarik, bikin penasaran orang untuk membacanya. Kata pembukanya pun menambah bikin penasaran setiap orang yang akan membacanya.
Pada buku ini, Taufiq Ismail aku baca sebagai penyair yang sangat sekali peka dengan sejarah. Kata-katanya sederhana, namun sarat sekali makna. Puisi-puisinya aku lihat sebagai protes dan rasa malunya tentang negara ini. Gaya penulisannya-pun cukup menarik. Ia misalkan sebagai kehidupan aslinya, atau ia misalnya dengan hal-hal yang sejajar. Namun selalu, penuh kritik dan protes. Banyak sebenanrnya yang diangkat Taufiq Ismail dalam buku ini, kesenjangan, kekecewaan, penindasan, pemerintahan, politik, kemiskinan, diktator, pokoknya hampir segalanya tentang kritik dan protes. Penulis—dalam buku ini—sepertinya lebih banyak menggunakan teknik narasi atau bercerita pada puisi-puisinya. Dari puisi, penulis mencoba jadi pendongeng yang khawatir, yang cemas, yang takut, yang melawan, yang berani. Tapi tidak sedikit puisinya juga jenaka, dengan sindiran-sindiran yang bagiku ngena jika sebagai orang yang dituju ikut membacanya. Demikian buku ini, aku nilai pribadi sebagai buku yang mewakilkan perasaan masyarakat Indonesia pada waktu itu—orde baru.
Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia. Dan semoga nanti, jika Indonesia tumbuh menjadi tanah air yang sebenar-benarnya tanah air. Indonesia kaya, makmur, damai, sejahtera, rukun, adil dan lain sebagainya yang sebenar-benarnya. Mungkin saat itu aku membuat buku puisi kelanjutan dari buku puisi ini. Dan akan aku buat judulnya satu halaman penuh, agar pembaca bisa langsung tau. Kita memang harus bangga—“Bangga (Aku) Jadi Orang Indonesia”

Mohamad Latif Afadyra 14 November 2013
Share:

Wednesday, November 13, 2013

jatuh cinta diam-diam (2)

image taken from here

Sebenarnya, dari dulu
Aku yang diam-diam tanpa pernah kamu tau
Memperhatikan senyummu, Yang bagimu biasa

Semoga saja kamu tau
Mengapa aku suka duduk di belakangmu
Mengapa aku tidak pernah membolos
Mengapa aku diam-diam

Semoga cinta
memang bisa memiliki
dengan tanpa memiliki




Share:

#5Bukudalamhidupku | O, Amuk, Kapak


Title : O, Amuk, Kapak
Author : Sutardji Calzoum Bachri


O, Amuk, Kapak

Satu

kuterjemahkan tubuhku ke dalam tubuhmu
ke dalam rambutmu kuterjemahkan rambutku
jika tanganmu tak bisa bilang tanganku
kuterjemahkan tanganku ke dalam tanganmu
jika lidahmu tak bisa mengucap lidahku
kuterjemahkan lidahku ke dalam lidahmu
aku terjemahkan jemariku ke dalam jemarimu
jika jari jemarimu tak bisa memetikku

ke dalam darahmu kuterjemahkan darahku
kalau darahmu tak bisa mengucap darahku
jika ususmu belum bisa mencerna ususku
kuterjemahkan ususku ke dalam ususmu
kalau kelaminmu belum bilang kelaminku
aku terjemahkan kelaminku ke dalam kelaminmu

daging kita satu arwah kita satu
walau masing jauh
yang tertusuk padamu berdarah padaku

Segala sesuatu pasti bermula dari awal. Kata pertama adalah kata yang cocok untuk mengawali segala yang berawal. Pertama kalian lahir sebagai makhluk hidup yang mempunyai akal dan hati. Pertama kalian mendapat kasih sayang dari ibu yang rela meluangkan waktunya kalian. Pertama kita akhirnya dapat berguling-guling, lalu merangkak, berjalan dan akhirnya dapat berbicara. Semua akan kalian awali, semua akan menjadi kalimat pertama.
Pertama adalah bukan hal untuk kita akhiri. Seperti kata pertemuan, pertemuan berbeda dengan pertama. Jika pertemuan harus diakhiri dengan perpisahan. Pertama diakhiri dengan kata terakhir. Aku binggung menjelaskannya disini, yang jelas pertama itu beda dengan kata pertemuan. Ini menurutku ya, jika menurut kalian sama. Ya itu terserah kalian.hehe
Ada yang harus aku jelaskan tentang kata pertama yang dari tadi—walau sedikit—aku tulis di awal-awal kalimat. aku akan menjelaskan tentang hal pertama ku mengenal cinta. Kau juga pasti akan mengalami hal pertama untuk mengenal cinta bahkan untuk jatuh cinta. Jatuh cinta kepada lawan jenis kita masing-masing tentunya. Tapi berbeda, ini adalah cinta pertamaku kepada sajak dan puisi.
Aku adalah anak yang pendiam. Dan pada kediamanku aku termasuk orang yang sangat tidak suka membaca. Berbeda dengan kebanyakan orang yang pendiam. Mereka justru lebih bisa menggunakan waktu diamnya untuk membaca. Tapi tidak, setelah aku mengenal cinta kepada salah satu buku. Ini berawal ketika aku kelas satu SMA, aku masih lucu-lucunya di sekolah waktu itu. Dan pendiamnnya aku mungkin sedang hebat-hebatnya. Aku termasuk orang yang susah untuk berinteraksi. Hingga setiap kali istirahat sekolah, aku harus ke kantin sendirian, tanpa teman. Kalau tidak salah, saat itu hari senin entah tanggal berapa. Ah, mungkin bukan hari senin. Tapi anggap saja saat itu hari senin. Sudah lebih dari 7 tahun ini, semoga saja ingatanku masih dapat mengingat yang dulu.
Waktu itu sedang pelajaran bahasa Indonesia, yang ternyata ada tugas. Untuk mencari puisi yang harus dicari oleh siswa di perpustakaan. Dan setelah itu dibacakan di depan kelas. Saat itu siswa sekelas langsung berbondong menuju perpustakaan. Guru menyuruh kami, untuk mencari puisi yang biasanya ada pada kolom remaja di koran hari minggu. Tapi aku sedikit binggung. Bagaimana bisa sekolah berlangganan koran hari minggu? Padahal hari minggu sekolah selalu tutup. Dan akhirnya aku, yang mempunyai ide jenius. Akhirnya aku mencari buku kumpulan puisi. Yah, walaupun ide ini adalah ide yang mainstream. Bagaimana tidak, akhirnya semua siswa mencari buku kumpulan puisi juga.
O, Amuk, Kapak. Aku temukan di antara deretan buku sastra. Yang tidak ada satupun siswa mengambilnya. Walaupun ada 4buku yang sama berjejer disana. Mungkin karena sampul buku yang kurang diminati para siswa. Akhirnya aku ambil, dan membuka-buka lembar demi lembar halaman. Saat itu aku belum memutuskan langsung untuk meminjam buku itu. Seperti teman-teman yang lain juga. Tapi setelah aku menemukan puisi “Satu” entah kenapa aku langsung menyukainya.
‘Satu’ maknanya dalam sekali. Ya, walaupun aku saat itu bukan pembaca yang baik. Tapi aku langsung suka dengan puisi itu. Kata-katanya sederhana, tapi sangat tegas. Dan sejak saat itu pula. Aku sudah memutuskan untuk jatuh cinta kepada puisi. Aku banyak-banyak mencari buku puisi, Aku membaca, aku menulis. Ya tentang puisi tentunya. Saat itu adalah pertamaku mengenal puisi, dari buku sutardji—yang saat itu baru saja kukenalnya—yang membuatku jatuh cinta.
Buku ini adalah salah satu buku yang mengubah hidupku sekarang. Salah satu hal yang telah membuatku berubah menjadi lebih baik. Salah satu hal yang telah membuatku menulis buku kumpulan puisiku sendiri, dan tiga buku antologi. Terimakasih sutardji, terimakasih puisi. Aku mencintaimu

Mohamad Latif Afadyra 14 November 2013

Share:

Tuesday, November 12, 2013

#5bukudalamhidupku | Friendship will never end


FRIENDSHIP WILL NEVER END
Percayalah kalian, bahwa masa Sma adalah masa remaja yang paling tidak dilupakan. Bisa dibilang masa paling indah bagi para penyair amatir. Disana masa remaja kita telah tumbuh dan siap bermetamorfosis untuk mencari jati dirinya. Mencari apa yang ada pada pemikirannya, dan tentu pemikiran-pemikiran yang akan direalisasikan. Dalam waktu dekat, atau dalam jangka panjang.
Disana—di masa SMA—ada masa-masa yang mungkin baru pernah kalian alami bukan? Masa-masa mengenal cinta pertama, masa-masa melarikan diri pas jam pelajaran berlangsung, masa-masa merasakan baru pertama kalinya bebas berkendara motor karena baru punya SIM. masa-masa pertama kalinya bangun siang gara-gara semalaman begadang dengan teman nongkrong. Menikmati malam dan beberapa rokok yang masih  ngeteng gara-gara uang saku yang masih pas-pasan.
Dan pasti selalu saja ada hal yang akan kalian ingat begitu saja ketika seseorang—atau anggap saja aku—mengatakan SMA. Entah itu kenangan-kenangan manis dan pahit, kalian pasti akan dengan gampangnya mengingat ingatan tersebut. Karena percayalah, ingatan tidak akan pernah bisa melupa begitu saja, sehebat apa kau bisa mampu melupa.
Ini adalah buku kenang-kenanganku waktu SMA. Bukunya sebenarnya tipis, tapi terlihat agak tebal dengan hard cover yang menjadi sampul bukunya. Ukurannya mungkin agak sama sebesar buku cetak matematika, yang mungkin juga sangat jarang kau membacanya. Karena kau tau semua tugas ada di LKS dan materi-materipun sudah dijelaskan pada saat kegiatan belajar mengajar. Tapi tetap saja aja yang berbeda, bentuknya persegi, semua sama sisi.
Buku ini sekarang tinggal di rak buku—yang kubuat sendiri dari kayu bekas lemari pakaian—ia berada di paling kiri jejeran koleksi-koleksi bukuku sekarang. Aku sengaja meletakannya dipaling kiri. Bukan agar tak terlihat langsung oleh mata, karena posisinya paling ujung. Melainkan memang koleksi-koleksi bukuku aku urutkan bedasarkan yang paling tebal dan besar, sampai yang paling kecil. Dari kiri hingga kanan. Tak ada alasan tertentu sebenarnya, agar ingin tampak terlihat rapi saja.
Buku ini tak mempunyai penerbit. Tapi mempunyai hak cipta. Ya, semoga kalian tau. Hak cipta itu otomatis dimiliki oleh penulis, tanpa harus menggunakan embel-embel penerbit. Ya walaupun buku itu akhirnya diterbitkan. Hak cipta—desain dan layout—dimiliki oleh para panitia pembuatan buku ini. Sebentar, mungkin kalian agak bingung atau pula risih membaca buku ini  ya walau sudah dilampirkan di dalam postingan. Yasudah, aku akan mengganti kata-katanya menjadi yearbook. Bukan supaya terlihat gaul atau mengikuti gaya-gaya bahasa asing. Yearbook, sesuai artinya dalam bahasa nasional kita buku tahunan.
Yearbook ini aku tak tau pasti ada berapa halaman. Tidak ada nomor halaman ditiap lembar kertasnya. Dan tidak ada daftar isi, untuk membantu pembaca menuju ke halaman berapa yang dicarinya. Ya walaupun nanti akan diketahui jika memang sengaja dihitung dari awal. Tapi, aku memang malas menghitungnya. Salah satu hal yang aku suka dari yearbook ini, adalah soal garansi. Garansinya satu tahun penuh. Busyet kaya laptop aja ada garansinya, 1 tahun lagi itulah pemikiran pertamaku saat pertama membaca halaman pertamanya. Hingga akupun pernah berfikir, jika 1hari sebelum garansi bukunya habis. Kubiarkan yearbook ini dimakan tikus, agar bisa diganti yang baru. Haha, memang pemikiran jaman SMA yang labil. Apalagi dengan status yang baru aja lulus.
Yearbook ini bukan buku novel atau kumpulan cerita atau apalah itu. Isinya foto-foto di jaman SMA dulu. Foto-foto yang memang sengaja dibuat untuk keperluan yearbook ini. Mungkin pembuat—panitia pembuatan yearbook—berfikiran ini memang akan dikenang nanti di masa-masa mendatang. Maka dari itu kami—siswa yang mau lulus—untuk membuat foto-foto untuk dimasukan ke yearbook. Temanya bebas, asalkan ada foto-foto siswa sekelas. Kata si pembuat yearbook ini.
halaman pertama yearbook ini adalah tulisan nama sekolahku. Lalu dibaliknya, ada foto setengah halaman ibu kepala sekolah dengan kata-kata pengantar dan sebagainya. Aku, atau kami—siswa SMA—mungkin akan memaklumi hal tersebut. Karena beliau memang kepala sekolah, bukan seorang model yang sedang mengikuti lomba foto dan lomba tulis kata pengantar atau sambutan. Setelah itu ada beberapa kolom dan baris yang memperlihatkan foto-foto guru. Semua guru, bahkan bagian TU dan penjaga sekolah. Ada yang saya bingung waktu itu, kenapa guru killer sekalipun saat di foto itu tersenyum? Kenapa tidak muka asli judesnya saja?
Para creative crew, yang dalam masalah ini adalah si panitia pembuatan yearbook. Tampil narsis di halaman selanjutnya. Dan yang paling ditunggu. Karena dulu aku adalah siswa 12 IPA 1 maka tidak harus dengan undian atau semacamnya, pasti kelasku akan muncul pertama sebagai pembuka. Dan ternyata, fotoku terpampang disana dengan bergandengan tangan dengan teman-teman sekelas, selayak pasangan suami istri yang baru saja naik pelaminan dan langsung minta difoto. Setiap kelas menceritakan cerita meraka masing-masing. Ada yang menceritakannya dengan model komik jepang, setiap siswa berpose lalu ditambah kata-kata nyleneh saat proses editing. Ada yang menceritakan tentang kejadian lucu-lucunya di kelas. Tentu, dengan sengaja atau tanpa disengaja. Yang jelas Temanya bebas, asalkan ada foto-foto siswa sekelas. Begitu kata panitia. Pokoknya macam-macam, dan kreasinyapun bagus-bagus.
Kelasku membuat cerita tentang permainan tradisional. Karena kelas kami beranggapan, semakin maju jaman dan teknologi. Semakin dilupakan pula permainan-permainan tradisional. Siswa kelas kami dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok memainkan salah satu permainan tradisional. Dan tentu, karena ini kami buat sengaja. Tak jarang pula ketika diambil gambarnya aku, dan teman-teman lainpun berpose se-nyleneh dan seheboh mungkin. Karena dari awal memang sudah diberi tau. Apalagi aku, yang selalu beranggapan bahwa yearbook ini adalah kenangan satu-satunya yang akan tetap abadi, meskipun aku nanti sengaja melupa. Yearbook ini akan tetap ada dan mengingatkan apa yang telah sengaja dilupa.
Diantara isi dan segala macam-macamnya di yearbook ini. Aku paling suka dengan sampul bukunya. bukan hanya tentang gambarnya, yang menggambarkan sepasang tangan sedang berjabatan. Yang mengisyaratkan yang kalian pasti tau alasannya. Tapi tentang judul buku yang selalu membuatku tidak ingin—dengan sengaja—melupa begitu saja. “FRIENDSHIP WILL NEVER END”

Mohamad Latif Afadyra 12 November 2013


Share:

Sunday, November 3, 2013

semoga kau lupa datang, luka

image taken from here

sebab
luka pada dalam tubuhku 
akan lebih sulit untuk sembuh
maka
jika kau ingin melukaiku
lukai saja di bagian luar

sebenarnya luka yang tertusuk 
akan lebih sulit diobati 
dari pada luka karena tergores

namun tetap saja luka
tetap saja selalu menyakitkan
Share:

Biografi

M.L.A. Mistam Lahir Duapuluh sekian tahun yang lalu. Belajar menulis puisi dan cerita pendek dari tahun 2010. Saat ini sedang menggemari membaca cerita dan menonton DVD. Buku-bukunya yang telah terbit “Yang Kucintai Selain Puisi (2013)”, “Aku Selalu Bisa Pulang (2014)”, “Apabila Denganmu (2015)", “Lelaki Pejuang Kuota (2016)", “Karena Di Dalam Lubuk Hatiku (2017)". Beberapa puisi dan cerpennya pernah diikutkan dalam beberapa buku “Sepasang Sayap yang Menerbangkan Ingatan (2012)”, “Antologi @puisi__cinta (2013)”, “Laut (2013)”, “Kepak Sayap-sayap (2014)” Sampai saat ini masih aktif membaca dan menulis bersama komunitas Banyuasin. Di blognya mohamadlatif.com ia masih suka menularkan rasa keegoisannya. Saat ini sedang sibuk mengerjakan sebuah buku terbarunya.

Hosting Unlimited Indonesia