Tuesday, November 12, 2013

#5bukudalamhidupku | Friendship will never end


FRIENDSHIP WILL NEVER END
Percayalah kalian, bahwa masa Sma adalah masa remaja yang paling tidak dilupakan. Bisa dibilang masa paling indah bagi para penyair amatir. Disana masa remaja kita telah tumbuh dan siap bermetamorfosis untuk mencari jati dirinya. Mencari apa yang ada pada pemikirannya, dan tentu pemikiran-pemikiran yang akan direalisasikan. Dalam waktu dekat, atau dalam jangka panjang.
Disana—di masa SMA—ada masa-masa yang mungkin baru pernah kalian alami bukan? Masa-masa mengenal cinta pertama, masa-masa melarikan diri pas jam pelajaran berlangsung, masa-masa merasakan baru pertama kalinya bebas berkendara motor karena baru punya SIM. masa-masa pertama kalinya bangun siang gara-gara semalaman begadang dengan teman nongkrong. Menikmati malam dan beberapa rokok yang masih  ngeteng gara-gara uang saku yang masih pas-pasan.
Dan pasti selalu saja ada hal yang akan kalian ingat begitu saja ketika seseorang—atau anggap saja aku—mengatakan SMA. Entah itu kenangan-kenangan manis dan pahit, kalian pasti akan dengan gampangnya mengingat ingatan tersebut. Karena percayalah, ingatan tidak akan pernah bisa melupa begitu saja, sehebat apa kau bisa mampu melupa.
Ini adalah buku kenang-kenanganku waktu SMA. Bukunya sebenarnya tipis, tapi terlihat agak tebal dengan hard cover yang menjadi sampul bukunya. Ukurannya mungkin agak sama sebesar buku cetak matematika, yang mungkin juga sangat jarang kau membacanya. Karena kau tau semua tugas ada di LKS dan materi-materipun sudah dijelaskan pada saat kegiatan belajar mengajar. Tapi tetap saja aja yang berbeda, bentuknya persegi, semua sama sisi.
Buku ini sekarang tinggal di rak buku—yang kubuat sendiri dari kayu bekas lemari pakaian—ia berada di paling kiri jejeran koleksi-koleksi bukuku sekarang. Aku sengaja meletakannya dipaling kiri. Bukan agar tak terlihat langsung oleh mata, karena posisinya paling ujung. Melainkan memang koleksi-koleksi bukuku aku urutkan bedasarkan yang paling tebal dan besar, sampai yang paling kecil. Dari kiri hingga kanan. Tak ada alasan tertentu sebenarnya, agar ingin tampak terlihat rapi saja.
Buku ini tak mempunyai penerbit. Tapi mempunyai hak cipta. Ya, semoga kalian tau. Hak cipta itu otomatis dimiliki oleh penulis, tanpa harus menggunakan embel-embel penerbit. Ya walaupun buku itu akhirnya diterbitkan. Hak cipta—desain dan layout—dimiliki oleh para panitia pembuatan buku ini. Sebentar, mungkin kalian agak bingung atau pula risih membaca buku ini  ya walau sudah dilampirkan di dalam postingan. Yasudah, aku akan mengganti kata-katanya menjadi yearbook. Bukan supaya terlihat gaul atau mengikuti gaya-gaya bahasa asing. Yearbook, sesuai artinya dalam bahasa nasional kita buku tahunan.
Yearbook ini aku tak tau pasti ada berapa halaman. Tidak ada nomor halaman ditiap lembar kertasnya. Dan tidak ada daftar isi, untuk membantu pembaca menuju ke halaman berapa yang dicarinya. Ya walaupun nanti akan diketahui jika memang sengaja dihitung dari awal. Tapi, aku memang malas menghitungnya. Salah satu hal yang aku suka dari yearbook ini, adalah soal garansi. Garansinya satu tahun penuh. Busyet kaya laptop aja ada garansinya, 1 tahun lagi itulah pemikiran pertamaku saat pertama membaca halaman pertamanya. Hingga akupun pernah berfikir, jika 1hari sebelum garansi bukunya habis. Kubiarkan yearbook ini dimakan tikus, agar bisa diganti yang baru. Haha, memang pemikiran jaman SMA yang labil. Apalagi dengan status yang baru aja lulus.
Yearbook ini bukan buku novel atau kumpulan cerita atau apalah itu. Isinya foto-foto di jaman SMA dulu. Foto-foto yang memang sengaja dibuat untuk keperluan yearbook ini. Mungkin pembuat—panitia pembuatan yearbook—berfikiran ini memang akan dikenang nanti di masa-masa mendatang. Maka dari itu kami—siswa yang mau lulus—untuk membuat foto-foto untuk dimasukan ke yearbook. Temanya bebas, asalkan ada foto-foto siswa sekelas. Kata si pembuat yearbook ini.
halaman pertama yearbook ini adalah tulisan nama sekolahku. Lalu dibaliknya, ada foto setengah halaman ibu kepala sekolah dengan kata-kata pengantar dan sebagainya. Aku, atau kami—siswa SMA—mungkin akan memaklumi hal tersebut. Karena beliau memang kepala sekolah, bukan seorang model yang sedang mengikuti lomba foto dan lomba tulis kata pengantar atau sambutan. Setelah itu ada beberapa kolom dan baris yang memperlihatkan foto-foto guru. Semua guru, bahkan bagian TU dan penjaga sekolah. Ada yang saya bingung waktu itu, kenapa guru killer sekalipun saat di foto itu tersenyum? Kenapa tidak muka asli judesnya saja?
Para creative crew, yang dalam masalah ini adalah si panitia pembuatan yearbook. Tampil narsis di halaman selanjutnya. Dan yang paling ditunggu. Karena dulu aku adalah siswa 12 IPA 1 maka tidak harus dengan undian atau semacamnya, pasti kelasku akan muncul pertama sebagai pembuka. Dan ternyata, fotoku terpampang disana dengan bergandengan tangan dengan teman-teman sekelas, selayak pasangan suami istri yang baru saja naik pelaminan dan langsung minta difoto. Setiap kelas menceritakan cerita meraka masing-masing. Ada yang menceritakannya dengan model komik jepang, setiap siswa berpose lalu ditambah kata-kata nyleneh saat proses editing. Ada yang menceritakan tentang kejadian lucu-lucunya di kelas. Tentu, dengan sengaja atau tanpa disengaja. Yang jelas Temanya bebas, asalkan ada foto-foto siswa sekelas. Begitu kata panitia. Pokoknya macam-macam, dan kreasinyapun bagus-bagus.
Kelasku membuat cerita tentang permainan tradisional. Karena kelas kami beranggapan, semakin maju jaman dan teknologi. Semakin dilupakan pula permainan-permainan tradisional. Siswa kelas kami dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok memainkan salah satu permainan tradisional. Dan tentu, karena ini kami buat sengaja. Tak jarang pula ketika diambil gambarnya aku, dan teman-teman lainpun berpose se-nyleneh dan seheboh mungkin. Karena dari awal memang sudah diberi tau. Apalagi aku, yang selalu beranggapan bahwa yearbook ini adalah kenangan satu-satunya yang akan tetap abadi, meskipun aku nanti sengaja melupa. Yearbook ini akan tetap ada dan mengingatkan apa yang telah sengaja dilupa.
Diantara isi dan segala macam-macamnya di yearbook ini. Aku paling suka dengan sampul bukunya. bukan hanya tentang gambarnya, yang menggambarkan sepasang tangan sedang berjabatan. Yang mengisyaratkan yang kalian pasti tau alasannya. Tapi tentang judul buku yang selalu membuatku tidak ingin—dengan sengaja—melupa begitu saja. “FRIENDSHIP WILL NEVER END”

Mohamad Latif Afadyra 12 November 2013


Share:

0 comments:

Post a Comment

Biografi

M.L.A. Mistam Lahir Duapuluh sekian tahun yang lalu. Belajar menulis puisi dan cerita pendek dari tahun 2010. Saat ini sedang menggemari membaca cerita dan menonton DVD. Buku-bukunya yang telah terbit “Yang Kucintai Selain Puisi (2013)”, “Aku Selalu Bisa Pulang (2014)”, “Apabila Denganmu (2015)", “Lelaki Pejuang Kuota (2016)", “Karena Di Dalam Lubuk Hatiku (2017)". Beberapa puisi dan cerpennya pernah diikutkan dalam beberapa buku “Sepasang Sayap yang Menerbangkan Ingatan (2012)”, “Antologi @puisi__cinta (2013)”, “Laut (2013)”, “Kepak Sayap-sayap (2014)” Sampai saat ini masih aktif membaca dan menulis bersama komunitas Banyuasin. Di blognya mohamadlatif.com ia masih suka menularkan rasa keegoisannya. Saat ini sedang sibuk mengerjakan sebuah buku terbarunya.

Hosting Unlimited Indonesia