Menafsirkan pagi?
Coba ambil gitarmu,
banting saja, dengarkan nadanya,
pemberontakan menolak pagi, ini malam terabadikan
Terperangkap lubang dosa pagi,
tiba yg dijerumuskan dingin tanpa sahabat,
kita tak bisa memeluk diri kita sendiri
Lalu dibawanya aku pada pinggir pantai,
aku tak dikafani,
sebab dosaku pada pagi serupa pedang tanpa jari,
ketika yg aku sebut hanya malam
Tapi aku,bukan kita bukan kamu,
tanya pada bulanmu,
kapan akan berdiri menatapku,
aku tak percaya apapun, kecuali aku, tanpa pagi
Biarkan aku bersandar,
dinding rapuh pemisah jurang,
aku hanya puisi renta, menunggu pagi yang tak kukehendaki
Kita tunggu perahunya saja,
tinggalkan saja gitarmu,
kita hanya butuh malam tanpa pagi,
dimana kita saling memeluk purnama kita sendiri
Aku butuh kamu, genapkan aku pada peluk yang kehilangan dosa
Saturday, June 30, 2012
Biografi
M.L.A. Mistam Lahir Duapuluh sekian tahun yang lalu. Belajar menulis puisi dan cerita pendek dari tahun 2010. Saat ini sedang menggemari membaca cerita dan menonton DVD. Buku-bukunya yang telah terbit “Yang Kucintai Selain Puisi (2013)”, “Aku Selalu Bisa Pulang (2014)”, “Apabila Denganmu (2015)", “Lelaki Pejuang Kuota (2016)", “Karena Di Dalam Lubuk Hatiku (2017)". Beberapa puisi dan cerpennya pernah diikutkan dalam beberapa buku “Sepasang Sayap yang Menerbangkan Ingatan (2012)”, “Antologi @puisi__cinta (2013)”, “Laut (2013)”, “Kepak Sayap-sayap (2014)” Sampai saat ini masih aktif membaca dan menulis bersama komunitas Banyuasin. Di blognya mohamadlatif.com ia masih suka menularkan rasa keegoisannya. Saat ini sedang sibuk mengerjakan sebuah buku terbarunya.
0 comments:
Post a Comment