Tuesday, July 31, 2012

Aku terus mencarimu (wanitaku)

 

Aku selalu jatuh pada tapak kaki sepatu yang lumpuh,
Dimana kau wanitaku, selalu aku cari dalam kamar,
dalam celah hingar bingar,
kau seakan ingin bermain dalam otak penuh kekhawatiran

Aku berjalan dalam iring langkah terlelah,
tertuju pada senja yang akhirnya membuatku kembali menyerah,
Aku mencintaimu, seperti putih pada merah
seperti mawar mawar merekah

Dalam malam, pada hujan
mereka tak ingin bicara satu aksara,
di waktu yang tidak tau bagaimana,
kau menghilang dalam jeda,

aku ingin letih,
dalam bicaraku yang mulai tertatih,
dimana aku harus menunggu purnama lagi
dari titik ini dimana dia tidak bis bicara,
Sekali lagi, aku mencarimu,
dalam keabadian,
dalam kehilangan,

aku tak bisa diam dan pergi sekalipun aku tak bisa pulih

 
Share:

Berlalulah (Dandelion pada pagi)

Pagi kota tua, sebelah desa orang tuaku di pinggir malaka,
seperti merasukiku dengan penuh nafsu,
embun belajar berkata cinta; pagi sebelum buta,
dimana langkah peri hari ini, pada tapak garis segi empat sejajar didepan rumah,
sungguh pagi pada kaki gunung, aku tak bisa berkata sebegitu dingin aku pada mentari.

malu malu pada muka pucat, berkatalah bibir baru merah bisu,
aku baru saja ingin masuk, mengucapkan selamat datang padamu.

Dandelion seperti akan jatuh pada angin hembus satu kali,
Dan mawar seakan ingin memudarkan diri pada layu, pada satu bisik cumbumu,
mereka hanya sepotong cerita pada pagi,
pada jari jari lemas yang aku sembunyikan tadi,
dandelion marah berterbangan hinggap pada suaraku,
padahal cinta yang kita peroleh belum seluruh,

Lalu wanitaku pergi dalam khayal,
pada mimpi sebelum malam terselesaikan,~berlalulah

 
Share:

Ibu, jangan Menangis

Diam diam aku pada bahu ibu, menangis merajang, ketakutan pada nafas yang terengal, dimana sungai bermuara, dimana air mata melarikan diri sengaja.

Ibu, seperti hujan aku memanggil pelangi, memaksa memelukku keluar dari sunyi, dari warna-warni, dari segala yang membuat kau menangis seperti ini.

Getir-getir, bibirku seakan lebih khawatir dari takdir, mereka melemparku pada dinding-dinding terekam, seakan detiknya menerkam-terkam.

Biarkan jalannya berbatu;Ibu, aku disini, anak tersetiamu, pada malam pada pagi pada hujan pada sunyi, panggilah aku~kapanpun itu.

"Airnya tak bisa berhenti aku tahan" Ibu begitu kejar basah matanya, Peluk aku Ibu, relakan saja bapak, karena itu adalah takdir kehendak.

Karena Aku, dan Tuhan masih senatiasa menjaga dalam lelap sekelebat lebat, mendoakanmu dalam puisi yang aku ciptakan begitu hebat.
Share:

Monday, July 30, 2012

Kau tidak seperti dulu, dan aku tau mengapa

Dalam Kamu,
aku menaruh cinta sebegitu aku,
bayangkan, 3bulan lalu aku masih anggap kau dalam pelukku,
Ya, 3 bulan lalu,

Kamu, ya. kamu!
aku terjerumuskan cinta oleh kamu,
di kafe, 11 malam, pinggir sudirman,
aku menemukanmu dalam mataku
dan sekejap,
kau seperti menyulapku
membawaku dalam seluruh
menyebabkanku dalam gemuruh~sebut saja cinta!

Entah apa yang kulihat dan terlihat,
Kau seperti membawaku pada khayal tertinggi
itu seperti detik detik cepat,
sampai sekarang, sampai saat ini

Kau pernah memanggilku kesucian~kesunyian
Lalu kau memalingkannya "ah sudahlah"

Dalam aku, kau koin yang kuterbangkan,
aku pertaruhkan cinta, kau sebaliknya
aku menebakmu dalam itu, dalam dalam merdu
tetap, itu hanya dulu

itu hanya dulu
itu hanya dulu
dan itu hanya dulu~ucapku

Aku seperti orang merasa bodoh,
aku bodoh pernah memiliki cinta untukmu,
tapi aku tidak pernah bodoh untuk tak bisa menerimanya,
bahwa kau memang sudah tiada

 

 
Share:

Mencarimu (Wanitaku)

Sempat aku berhenti sejenak dari ini,

dari apa itu sendiri dan mencari.

Dan ketika aku menjelma pada satu bait sederhana,

aku mengumpulkan luka pada mata, pada setiap yang basah sisa sisa.

 

Aku mencari,

mencari dari petang,

hingga pagi kembali,

hingga seperti itu lagi~selalu

Entah apa pikiranku dalam aku,

selalu engkau tersebut dalam getir mulutku itu

 

Dalam segala yang tertuang,

kupanggili namamu,

Dalam segala yang kugenggam,

kesebuti namamu~selalu namamu

 

Biarkan aku,

jangan kau cegah,

walau engkau sudah memalingkannya,

dan berbisik lantang dalam kepalaku

"Aku sudah tiada"

 
Share:

Jam Pasir

Aku Pasir,

Pada tabung yang pernah kita sebut waktu.

Diantaranya ada rindu,

Serentang tanganku yang terhalang.

 

3bulan sejak hari ini,

Berarti sudah 3Bulan pula,

Aku menikmati bisu bersama rindu.

 

Jadilah biang dalam telingaku

Jadilah Subuh dalam pendengaranku,

Dan saat itu aku akan;

Memulai lagi memikirkanmu

Memulai menghitung lagi dimana,

Hari entah kapan kembali.

 

Seperti FTV di layar pagi televisi,

Aku seperti orang bodoh,

Mencari cari kisah,

dalam dialog dialog palsu

Lalu aku membayangkanmu

Lalu aku mengingatmu

Lalu aku berada disisimu.

 

Seumpama cerita pada jam pasir,

Aku seakan malas menunggu

butirannya jatuh satu-persatu,

Tapi yang selalu ada dipikiranku adalah~Kamu
Share:

Sunday, July 29, 2012

Pada keramaian aku masih merasa sepi

Pada keramaian aku masih merasa sepi

Aku ingin sudahi saja dengan air mata,

dengan begitu aku tau,

bagaimana cinta dengan luka,

bagaimana pena tanpa tinta.

 

Semua seakan menjadi bisu,

pada gerlap semerbak purnama lalu,

Pada keramaian aku masih merasa sepi

Pada sepi aku akan merasa lebih sunyi~katamu

 

Pergi saja dengan takdir,

aku menolak engkau tiada,

aku menolak engkau pergi begitu saja,

 

Aku~kamboja dalam hingar kesibukan dunia

berdiri pada satu tumpu,

bangkit dari satu masa lalu~Kamu

 

Aku ingin mencegahmu pergi,

Tapi Tuhan lebih Kuasa dari takdir,

Tenanglah~Tersenyumlah,

walau aku

Akan merasa sepi tanpamu.
Share:

Dan

Mereka menatap bisu kepadaku,

Diam dengan jahatnya

Menari malu ditelinga.

 

Jangan sampai hujan menjadi musuh,

Tiba tiba membawa pedang pada genggam

Dan!!!!!

Semua adalah apa yang takkan pernah kau tau
Share:

Saturday, July 28, 2012

Kau, aku dalam foto itu

Hanya dari foto,

aku bisa lebih menggambarkanmu sebagai ini~kenangan yang tak pernah terselesaikan

 

Pernah sebagai malam,

aku menjadi pencuri paling handal,

mencuri semua tentang mimpi itu~kelak,

menemumu dalam bibir canggung pengucap rindu

selalu menjadikanmu kedalam jiwa jiwa sepadam matahari

 

Aku lihat pagi~lagi,

mataku masih tetap selalu labil,

tiba tiba basah olehmu,

namun kau hanya diam,

hanya seperti itu, hanya seperti itu, selalu seperti itu

 

Kau hanya tersenyum.

aku ingin memeluk,

kau masih hanya tersenyum.

aku ingin menangis,

kau hanya tersenyum,

aku ingin mempuisikanmu,

ya. kau hanya selalu tersenyum,

 

hilang, kenang, linang, genang

hilang, kenang, linang, genang

hilang, kenang, linang, genang

 

aku mengucap cinta sebegitu dahsyat

hingga cakrawala menyeringaiku dalam gelap,

selalu semesta yang menemaniku bersama purnama,

bersama engkau~setelah engkau menegaskan kepadaku tentang ketiadaan

tentang keabadian.

 

tunggu aku disana, 

tempat terindah,

yang dulu pernah kita namakan bersama~Surga
Share:

Aku mencintaimu

Aku mencintaimu, sebelum kau mencintaiku lebih dulu

Aku mencintaimu, sebelum kau tau bahwa cinta yang diciptakan itu darimu

Aku mencintaimu, sebelum kau menyadari kita berjanji dengan kehilangan

Aku mencintaimu, sebelum kita bertengkar menantang waktu

Aku mencintaimu, seperti puisi~takkan pernah habis aku selesaikan sendiri

Aku mencintaimu, tak peduli seacuh apa dirimu

Aku mencintaimu, tak peduli tentang dia, mereka, atau siapapun

Aku mencintaimu, tak peduli apa tentangmu

Aku mencintaimu, dengan segala cara yang kumau

Aku mencintaimu, dengan segala akibat padaku

Aku mencintaimu, seperti Tuhan selalu mencintaiku

Aku mencintaimu, dan akan selalu seperti itu
Share:

Kau adalah surga; dan segala

Kau adalah surga,
seperti cinta pada miniatur semesta,
Lenganku masih sepi,
belum sempurna untuk menulis sejuta puisi,

datanglah, kembalilah,
seperti kesetiaan janji merpati padaku,
pada surat yang kau titipkan,
pada puisi keabadian.

Sesederhana apa yang telah kau tau,
cintailah aku
seperti kopi yang selalu kau buat
dan tumpahkan berkali kali.
Aku tak pernah marah,
Karena kau adalah segala manis
pada tulisanku yang takkan pernah habis

Percayalah,
seperti puisi;
Aku selalu menulismu dalam waktu;
waktu kau berjanji untuk nanti;
untuk tak biasa pergi~sejak ini.

Segala yang tentang aku tak tau,
ternyata kau adalah puisiku,
adalah surga dalam aku.

 

 
Share:

Friday, July 27, 2012

Pangandaran

Dikalanya aku menatap diri,

seperti cermin tak berduri

jingga jingga pudar,

laksana putih dalam ombak senja pangandaran,

 

Aku pergi,

seumpama jiwa dalam ruh ruh puisi

ditenggelamkan masa~tak terperi

aku mencintainya, sama sepertimu,

 

Dan dialog ini berakhir ujung malam,

ketika purnama yang aku taruhkan

hanya tersenyum disudut kotak bumi,

 

Lenyap-lenyap-lenyap

hilang dalam sekelebat,

aku takkan bosan mempuisikanmu lagi,

pagi tepi janji~pangandaran
Share:

Perempuan yang pernah aku cintai

Perempuan yang pernah aku cintai

Dihelai rambut sejuta hitam,

merasuk dalam jiwa paling dangkal, paling kekal,

aku menyebutnya kesepian kita terdahulu

 

Dari sekedar angka yang pernah aku jumlahkan

Sekedar sejarah yang mengenalkanku segalanya,

Seperti aku tanpa puisi, Seperti mentari tanpa pagi

 

Adalah kau, yang kueja berjuta kali

 
Share:

Dalam Hati

Aku adalah api, hutan pagi hari

dengan para penyair yg siap meracuni tungku tungkunya

 

Kau seperti kejora, berjuta pujangga,

dan aku satu cinta dengan kobarnya yg bergelora

 

Sebab tanpamu rindu hanya ocehan

seperti merpati yg tak tau jalan pulang.,

 

Tak usah terlalu lama mencari

sebut saja namaku sekali,

akan kutuntun kau menggengam bumi, dalam hati, hati ini

 

#repost from FB
Share:

Aku yang Menang

Seperti lagu jaman dulu yg terkikis, 
mati teriris,
hitam, pahit, kecut, sedikit manis.

tangisan bayi pertama yang ditunggu,
tak usah banyak rima, 
retorika yang menggebu sudah usai
jam ini sudah selesai.

kucing saja punya malu
bukan hati yg membatu
cuma lirih menelaah tak tau.

Janji apa? 
Sumpah apa? 
"Bangsat",tak usah memaki 
dan mengulang
waktumu sudah basi terjun dalam jurang.

Sudahlah kembali ke tuntutan sistem hidup
karma takkan kemana,
jantung tak selamanya bercanda gugup
selamat tinggal!!! 
Aq menjaga jingga sekarang.

 

#repost from FB
Share:

Jangan cemas dengan janjiku

Simpan hangat telapak tanganku ini,

coba jaga, jangan sampai terhapus,

lusuh karena waktu himpit-himpit jendela sore ini.

Lanjutkan saja perbincangan,

sendu dengan rintik yang mulai deras.

Hiraukan gemericiknya.

dan buang saja air dimatamu,

percuma kau cucurkan sebegitu deras,

sampai aku begitu tega untuk memelukmu~tak akan.

 

Kucoba ulangi,

simpan nomorku ini,

“kau sudah tulis di selisir pikiranmu kan??”

Suatu saat kita akan bertemu lagi

tunggu deringku,

gerbong ini berjanji mengembalikanku disini.

 

Sudah lepaskan,

jangan kau tahan lagi,

esok adalah hari terbaikmu!!

Kata ini yg akan kau kenang dalam perjanjian sepenggal gerbong pencipta kenang.
Share:

Thursday, July 26, 2012

Sudahlah

Seperti bayanganmu yang terbias di kopi
bekas minumanku selagi hujan tadi

maaf aku pergi
pelangiku memanggil
coba tak usah teteskan 
air yang tak berarti itu

aku sudah genggam belati
sudah tak berkarat lagi, 
aq sudah dipanggil rindu, 
menghadap sang maha kelabu.

Sudah cepat cuci gelas itu, 
rapihkan dan keringkan hingga bersih
dan lalu bisa benar2 melupakanku.

#repost from FB
Share:

Pelukanmu yang tak rela ku pergi



Pagi yg sejuk
berbeda dengan sebelumnya buatku terasa gundah,, 

kenapa tak ada burung lagi? 
Kenapa tak ada ayam lagi? 
Yg bangunkan sejak aq masih dibutakan malam

bunyi apa itu?? 
Seperti bunyi klakson yang berkepanjangan
tapi itu bukan klakson

kenapa haru sendu ini kini menggema disini? 
Ada apa?? 

Selimutku tak lagi sedada
tapi aq dibalut seluruhnya

Hari yang kutunggu
tapi sudah terlewatkan

aq tunggu Dikamar nomor 26 lantai dua
rumah sakit sejahtera
pelukanmu yang tak rela aq pergi

 

#repost from FB

Share:

Aku temukan jasad wanita di got metropolitan

Aku temukan jasad wanita di got metropolitan
bau,kumuh,kotor,penuh dengan lumut
menggambang mengikuti arus di hilir

Aku temukan jasad wanita di got metropolitan
terkesan hina,terkesan tak labil
tak berbaju,bercompang camping
mungkin sudah membusuk.

Aku temukan jasad wanita di got metropolitan
seperti kesucian berakhir tragis
berhenti dengan sampah dilumuri tinja harum

Aku temukan jasad wanita di got metropolitan, 
hanya 1 kesan aq terkesan tapi menyesal, 
kehidupan memang tak sekeras batu,tak berdiri tegak selaras
kita tak perlu mencerna dari ejaan
lihat dan pandangi sekitar,
Share:

Ingat

Mengapa sekian kalinya dimataku
tak bisa dicerna dengan selalu sungguh
lingkaran dosa tak kurang ilmu
terus bergoyang meramu palsu.

sebuah kipas angin coba menemani,
meniduriku hingga pagi dan atau mungkin pagi lagi
'tidak',mungkin kuning
'dan hanya menemani,

diselongsong peluru aq masukan serbuk,
yang aq temukan di pinggir jalan jendral A Yani
jangan coba bangunkan aq sebelum sadar
dan jangan bisikan kalau semua itu lelucon

hhahahahaaaa
lepas aq,
aq puas,,,
dan kakiku tak bisa beranjak,,
terlalu menikmati..

Terhidangkan keripik dengan secangkir kopi untuk penutup
dengan pendar lilin meja kaca bundar yang transparant
berhias mawar yang baru kupetik
di tengah meja dihari kiamat
Terlihat horor nan romantis,
dan jangan coba membangunkan aq
Share:

Gejolak

Ceritakan saja tentang dongeng,, 
ceritakan saja tentang batu,, 
ceritakan saja tentang semua yang kau mau,, 

sebuah bait di lirik lagu sendu,, 
sebuah coretan dalam puisi menderu,, 
sebuah kata dalam novel pencarian,, 
tetap saja,tetap luka.. 

Aq tak bisa mengapung,, 
jika hujan dan lalu kemarau terus beradu,, 
aq tak bisa mendaki,, 
jika longsor dan banjir tetap bersaing,, 

kesepian tetap membunuh,, 
bohlam ini kan mati, 
ketika matapun kehabisan daya.. 

Pinggir samudra putri menari,, 
tak bisa terlihat,, 
lambaianpun jatuh di embun,, 
sore yang menjamah, 
jamak sendiri,, 

apa yg aq ucap? 
Lingkaran setan sekarang membingkai.. 
Taman kota sudah tutup, 
mading kampus sudah dikunci,, 
hanya gejolak tanpa sarat makna,,
Share:

Air Mata Puisi

Jauh dari titik ini,

Sengaja aku sisakan warna pelangi,

sebelum aku bukakan payung,

sebelum hujan mengejekku dari belakang

dan sebelum puisiku menangis meminta pelukan;

 

aku selalu tiba ditempat ini~kapanpun itu

Genap genap biru pada langit langit bisu,

aku lihat camar menari mengelilingku,

seakan cinta yang dia milikki adalah aku,

 

dan anginnya tercecer masuk dalam pikiran,

sejuta khayalan yang ingin bebas merasakan pelukan;

mereka jatuh sebelum ajal membuntuti mereka~merasuki dosa

 

Satu persatu adalah nada nada minor,

seakan terlucuti dari senar gitar tuaku kotor,

mereka bicarakan aku sebelum aku benar benar hidup,

mereka bicarakan aku sebelum aku benar benar bisa

sampai aku benar benar bisa menangis

dihadapan puisiku yang tak kunjung usai,

 

puisiku hancur sebelum sampai terbaca olehmu,

oleh sabitan parang pengintip diujung jengkal,

mereka mengejek tepat di telingaku,

aku terkulai dibantahkan malam,

rintik rintik yang akan datang adalah dimana aku

menerjemahkan puisi;pada air mata bumi
Share:

Lelaki lusuh tanpa suara, tergeletak pada matahari sisi kiri jakarta,

Lelaki lusuh tanpa suara, tergeletak pada matahari sisi kiri jakarta, seakan meminta sebuah janji pada penguasa, dia hanya ingin merasa Sama, setidaknya kebahagiaan selalu ada haknya

Lelaki lusuh tanpa suara, tergeletak pada matahari sisi kiri jakarta, seperti tak percaya lagi pada mimpi jakarta, "buang aku sejauh air mata", sampai saat itu kau tak juga berkunjung untuk tak memelukku dan tinggal

Lelaki lusuh tanpa suara, tergeletak pada matahari sisi kiri jakarta, mencari nasi dari tong-tong kosong sisa pemerintah, dimana ada jeritnya disana, dimana ada cacian disana, dimana ada rintih disana, sudahlah, sudah bosan dia dengarnya kata "pemerintah"

lelaki lusuh tanpa suara, tergeletak pada matahari sisi kiri jakarta, meninggalkan cinta di satu sisi menara "aku tidak akan mencintaimu lagi-jakarta", begitu janjinya pada tong tong sampah 
Share:

Aku ingin mencintaimu

Aku ingin mencintaimu,

Seperti aku mencintai mimpi,

Seperti aku menerjemahkannya pada puisi,

 

Sajak sajak tadi,

biang biang keladi,

dibuatnya bisu pada langkah pertama

pada kepak sayapnya yang membahana,

aku mencarinya~air mata

dari pipi, dari tisueku yang belum sempat basah

 

Aku ingin mencintaimu,

Seperti aku mencintai mimpi,

Seperti aku menerjemahkannya pada puisi,

 

Seribu kumbang bertebang dalam kepalanya,

melindungi bulan dari hujan,

seketika cahaya tersorot terburamkan petir,

saat itu tak khayal hati debarku begitu khawatir.

dimana matamu kumbang,

dimana bisa kau lihat mataku menangis

dimana bisa kau lihat bagaimana aku menulis hingga habis,

jika kepakmu meninggi

selalu meninggi,

tanpa hirau, tanpa pagi, tanpa mimpi

 

Aku ingin mencintaimu,

Seperti aku mencintai mimpi,

Seperti aku menerjemahkannya pada puisi,

 

sedari dini aku ceritakan pada ibu,

detik detik kematian panjang yang tertahan,

jangan sebut aku lelaki,

jika mendapatkanmu itu hanya mimpi,

 

 

Baris baris sajak yang tercecer di lemari buku kamar hitamku,

tak kutemukan luka bekas sisa cakrawala,

Biar saja aku ditikam terlalu oleh ketiadaan perlahan,

jika mendapatkamu adalah proses menuju kebahagiaan,

cintai aku, maka dari itu, cintaku adalah kewajibanmu

 

Aku ingin mencintaimu,

Seperti aku mencintai mimpi,

Seperti aku menerjemahkannya pada puisi,
Share:

Tuesday, July 24, 2012

Ketika

Ketika aku tak bisa menerjemah malam,

aku tanyakan  pada diriku ,

ketika aku tak bisa menjelma malam,

aku pun begitu,

tapi ketika aku mencari cinta-aku menemukanmu
Share:

Sepasang mata kini sedang berbicara, "kapan kita saatnya bertemu"

Saat diri kita tak bisa saling melihat,

Saat kemampuan untuk berpijak, dihapus gulita asa kelumat,

Kehadiranku adalah makna, satu dari sejuta angka

bertumpuk tumpuk butiran selaksa,

 

Sembunyikan aku surya,

Buat aku tak bisa berlindung dari hujan,

biar kunikmati dingin

biar ku jelang pelangi,

biar aku saja yang menikmati,

 

karena hitam telah sembunyikan cinta,

Aku mencarinya dari matamu,

sejak kita mempedulikan mimpi sebagaimana kita menjanjikan diri.

 

Buat aku cengkeram cakrawala,

Buat aku adukan pada semesta,

sekali saja ijinkan aku memeluk matanya,

jika tidak, pertemukan aku saja,

hingga kelak Kau bisa buatku tiada
Share:

Sunday, July 22, 2012

Pelukan

Aku akan benar benar mencintaimu,

saat kau memelukku untuk pergi,

Beri aku beberapa menit saja untuk memelukmu,

untuk terbiasa tidak bisa darimu,

 

Dan buat aku tidak mampu melakukannya!!
Share:

Aku dan semua tulisan tak berarti

Samar samar dalam lamunan diam,

dalam degub yang tak bisa kurekam,

diriku bertanya sendiri, seperti apa nantinya kunikmati.

Senja bergulir ke tujuh,

tepat dimataku seakan ingin memeluk dengan segala lumpuh,

dimana cahaya yang kutemukan sebelum aku dan mereka padam

 

Aku sempat mengalah pada apapun,

waktu yang membuatku mati perlahan,

tak sempat aku sendiri-tikam kesendirian.

Dimana kau perempuanku,

aku dingin tanpa sepi,

aku lemah tanpa kopi,

hingga ketakutanku menjelma membara api

 

Maka lalu aku binasakan waktu seperti apa yang benar aku lalui

 

Seperti subuh, dia diam, membunuhku perlahan,

lalu kembalikan aku dalam jurang,

kesepian adalah semanis-manisnya kesedihan

 

Ketika malam adalah seluas luasnya tempat

dimana aku bisa pulang menghidupi makam,

Tulisanku
Share:

Thursday, July 19, 2012

Anak Kecil Sungai Bengawan

Dalam tenang bergemuruh riang, anak kecil menari diatas awan sungai bengawan, dia menenggelamkan diri pada akhirnya ia melihat khayalan. Tangis yang menyatu, senyum yang berpadu, sekelompok kecil berlarian dan akhirnya senjapun tak mau pulang. Begitu sejenak kebersamaan, menulis puisi dari hati kecil penari pasir sungai bengawan, menyalakan petang dengan penuh gamang dalam genggam
Share:

Wednesday, July 18, 2012

Cobalah menungguku lagi, walau itu membosankan

Segelas lagi akan kuhabiskan,

Jakarta padam oleh lampu lampu manusia,

Jarumnya pergi memutar pagi kembali;Lagi

Sudah subuh ternyata,

Pulogadung sudut timur arah utara,

Kau melambai dari jauh,

Tidakkah itu fatamorgana, menyembunyikan cinta segala aksara.

Dia tak turun dari bis antar kota antar provinsi,

Dan memang tak ada yang turun,

Mataku yang tak henti mencari geliat

rusuh angin lumpuh,

Seakan ingin memaksakan mengalah padamu

 

Seribu hari dengan janji

dengan bangku bangku sendiri,

Kamu seakan memintaku mencoba menunggu lagi ~ "Aku akan pulang"
Share:

Tuesday, July 17, 2012

Aku mencintaimu dengan segala jumlah, dengan segala angka, bahkan kaupun tak bisa menghitungnya

Seperti titik titik ini yang berkoma,

Sepanjang desa,

Sepatuh neraca padaku

Hilang dalam genggam yang terperangkap,

Bisu adalah ketakutan dan kesepian,

Hujan menjadi dirinya sendiri, menangis begitu histeris

Aku mencintaimu dengan segala jumlah, dengan segala angka, bahkan kaupun tak bisa menghitungnya,

Gerimispun tak akan mampu mengalahkannya,

Apa lagi tangisanmu

Share:

Monday, July 16, 2012

Hujan Malam

Seperti hujan,

kemudian kering,

kau bawakan aku payung, "ini sudah reda",

tangisku terbuang sengaja

 

Senyummu hilang dari pangkuan,

kesedihan adalah ketakutanku pada keadaan,

semua pergi begitu surya menjadi pagi,

Dan yang kau ketahui,

adalah hal dimana hujan adalah terik,

dimatahari pada malam, menjadi satu berjuta lagu lagu
 

Aku bisa saja menamaimu menjadi kita, tapi tidak untuk sekarang, dimana bintang selalu mengintip kejauhan

 
Share:

Sunday, July 15, 2012

Indrayanti

Malam,
Pantai indriyani,
Putih putih tersamarkan,
Tak ada air,hanya bising ombak tepat ditelingaku,
Mereka pergi begitu saja, seketika aku mulai menyelam khayal,

Bukankah aku mencari seekor kura kura tak bernyawa?
Tidak,dia seperti puisi tanpa duri,
Tidak,mereka hanya diam tidak sendiri
Share:

Tuesday, July 10, 2012

Kalian tau nama saya?

Kalian tau nama saya?

Sebut saja aku jingga, menepikan semua tangismu, bermuara dalam dekapku.

Jika senja pergi, aku bukan lagi jingga, hanya menangis menangis dan menangis, mereka menyebutku camar yang tak ingin pulang.

Menyentuh pipimu adalah satu keinginan, jika hanya berdua duduk di bangku taman tak berpohon itu sekilas kenangan, bawa aku pada purnama

Bersama kita rapal matahari, biarkan malam nanti terang, bersama kita terluka, bersama kita dalam satu jiwa yang kekal, sebut aku kunang
Share:

Thursday, July 5, 2012

Kita

Kita sedang bermimpi, mencium kening 2 mata mati, petang petang gelap. Kita sedang menari, bernyanyi tanpa suara, memainkan mata tanpa pena. dan kita sedang bergumam, berbohong tentang cinta, bahwa cinta itu kita;bukan! tapi kau

 
Share:

Wednesday, July 4, 2012

Aku hanya pengemis

Aku diam, menunggu koin terbuang di jalan, duduk, mereka hanya melihat apa yang mereka lihat, bukan yang mereka tau!!

"masuk nak, sudah malam diluar hujan", aku binatang jalang dan itu hanya, aku hanya butuh uang buat makan, bukan tumpangan!!!, "butuh uang bukan harus duduk dan diam, kamu sama saja seperti pengecut tanpa belati"

"lalu kenapa ibu menyuruhku masuk? aku ini pengemis, ga punya tujuan, apa ibu ga takut aku akan berbuat jahat?", Tidak!! Karena aku melihat kesucian dari air mata kesepianmu
Share:

Seharusnya kau sudah tak disini

Aku bisa melepasmu kapan saja, setelah malam ini mengusaikan, atau sebelum kita habiskan nafas satu pagut dosa. Entah, aku tak perduli, benar kata Chairil, aku harus hidup seribu tahun lagi, janjiku masih banyak di lemari. Biarkan hujannya yg berdiskusi,Kita tunggu redanya, atau aku menebasnya lalu kabur? ini malam kehilangan,Seharusnya kau sudah tak disini
Share:

Kau tau?

Sejak kita menepi, mencari cari mimpi, butir butir debu, dan kita hanya kunang pemalu,Kau tau??

Aku sudah buatkan kopi hangat untuk kita, kau sudah cium baunya bukan?? robusta hitam perekat malam.Setelah nona dalam kamarnya mengunci pintu, hanya dosa yang di pinggulnya kini menyebar, lampu lampu padam, dan kau tau itu??

Hujan belum reda, mungkin masih ingin memikat purnamaku, masih jauh aku harus terbang, kepakku tak mungkin memilih. Setelah dosa yang ku teguk pelampiasan, pada janji hujan bulan juni, mereka belum selesai memintalnya, dan biarkan aku pergi;lagi

Seperti ketiadaan, kita hanya bongkah es yang meleleh, melawan waktu dan kita memang tak mampu
Share:

Monday, July 2, 2012

Aku kucing pengecut

Mungkin aku seperti kucing pengecut, membencimu tikus;padahal kita tidak ada dendam,Sebenarnya kita sudah pernah membahas ini, dan sebelumnya aku pernah menyesal telah membunuhmu;dulu

Aku ingin membawakan sebongkah keju dari entah dari mana itu, keju ini benar benar asin, purnama nanti, aku ingin memelukmu sekali;saja

Dan aku ingin menangis memelukmu, tuhan memang tidak adil, membuat kebencianku menjadi kamu;cinta

Keju mungkin sama dengan sirius

Entah mengapa aku memikirkanmu, aku mohon purnama nanti, tolong
Share:

Biografi

M.L.A. Mistam Lahir Duapuluh sekian tahun yang lalu. Belajar menulis puisi dan cerita pendek dari tahun 2010. Saat ini sedang menggemari membaca cerita dan menonton DVD. Buku-bukunya yang telah terbit “Yang Kucintai Selain Puisi (2013)”, “Aku Selalu Bisa Pulang (2014)”, “Apabila Denganmu (2015)", “Lelaki Pejuang Kuota (2016)", “Karena Di Dalam Lubuk Hatiku (2017)". Beberapa puisi dan cerpennya pernah diikutkan dalam beberapa buku “Sepasang Sayap yang Menerbangkan Ingatan (2012)”, “Antologi @puisi__cinta (2013)”, “Laut (2013)”, “Kepak Sayap-sayap (2014)” Sampai saat ini masih aktif membaca dan menulis bersama komunitas Banyuasin. Di blognya mohamadlatif.com ia masih suka menularkan rasa keegoisannya. Saat ini sedang sibuk mengerjakan sebuah buku terbarunya.

Hosting Unlimited Indonesia