Thursday, July 26, 2012

Air Mata Puisi

Jauh dari titik ini,

Sengaja aku sisakan warna pelangi,

sebelum aku bukakan payung,

sebelum hujan mengejekku dari belakang

dan sebelum puisiku menangis meminta pelukan;

 

aku selalu tiba ditempat ini~kapanpun itu

Genap genap biru pada langit langit bisu,

aku lihat camar menari mengelilingku,

seakan cinta yang dia milikki adalah aku,

 

dan anginnya tercecer masuk dalam pikiran,

sejuta khayalan yang ingin bebas merasakan pelukan;

mereka jatuh sebelum ajal membuntuti mereka~merasuki dosa

 

Satu persatu adalah nada nada minor,

seakan terlucuti dari senar gitar tuaku kotor,

mereka bicarakan aku sebelum aku benar benar hidup,

mereka bicarakan aku sebelum aku benar benar bisa

sampai aku benar benar bisa menangis

dihadapan puisiku yang tak kunjung usai,

 

puisiku hancur sebelum sampai terbaca olehmu,

oleh sabitan parang pengintip diujung jengkal,

mereka mengejek tepat di telingaku,

aku terkulai dibantahkan malam,

rintik rintik yang akan datang adalah dimana aku

menerjemahkan puisi;pada air mata bumi
Share:

0 comments:

Post a Comment

Biografi

M.L.A. Mistam Lahir Duapuluh sekian tahun yang lalu. Belajar menulis puisi dan cerita pendek dari tahun 2010. Saat ini sedang menggemari membaca cerita dan menonton DVD. Buku-bukunya yang telah terbit “Yang Kucintai Selain Puisi (2013)”, “Aku Selalu Bisa Pulang (2014)”, “Apabila Denganmu (2015)", “Lelaki Pejuang Kuota (2016)", “Karena Di Dalam Lubuk Hatiku (2017)". Beberapa puisi dan cerpennya pernah diikutkan dalam beberapa buku “Sepasang Sayap yang Menerbangkan Ingatan (2012)”, “Antologi @puisi__cinta (2013)”, “Laut (2013)”, “Kepak Sayap-sayap (2014)” Sampai saat ini masih aktif membaca dan menulis bersama komunitas Banyuasin. Di blognya mohamadlatif.com ia masih suka menularkan rasa keegoisannya. Saat ini sedang sibuk mengerjakan sebuah buku terbarunya.

Hosting Unlimited Indonesia