Tuesday, July 31, 2012

Ibu, jangan Menangis

Diam diam aku pada bahu ibu, menangis merajang, ketakutan pada nafas yang terengal, dimana sungai bermuara, dimana air mata melarikan diri sengaja.

Ibu, seperti hujan aku memanggil pelangi, memaksa memelukku keluar dari sunyi, dari warna-warni, dari segala yang membuat kau menangis seperti ini.

Getir-getir, bibirku seakan lebih khawatir dari takdir, mereka melemparku pada dinding-dinding terekam, seakan detiknya menerkam-terkam.

Biarkan jalannya berbatu;Ibu, aku disini, anak tersetiamu, pada malam pada pagi pada hujan pada sunyi, panggilah aku~kapanpun itu.

"Airnya tak bisa berhenti aku tahan" Ibu begitu kejar basah matanya, Peluk aku Ibu, relakan saja bapak, karena itu adalah takdir kehendak.

Karena Aku, dan Tuhan masih senatiasa menjaga dalam lelap sekelebat lebat, mendoakanmu dalam puisi yang aku ciptakan begitu hebat.
Share:

0 comments:

Post a Comment

Biografi

M.L.A. Mistam Lahir Duapuluh sekian tahun yang lalu. Belajar menulis puisi dan cerita pendek dari tahun 2010. Saat ini sedang menggemari membaca cerita dan menonton DVD. Buku-bukunya yang telah terbit “Yang Kucintai Selain Puisi (2013)”, “Aku Selalu Bisa Pulang (2014)”, “Apabila Denganmu (2015)", “Lelaki Pejuang Kuota (2016)", “Karena Di Dalam Lubuk Hatiku (2017)". Beberapa puisi dan cerpennya pernah diikutkan dalam beberapa buku “Sepasang Sayap yang Menerbangkan Ingatan (2012)”, “Antologi @puisi__cinta (2013)”, “Laut (2013)”, “Kepak Sayap-sayap (2014)” Sampai saat ini masih aktif membaca dan menulis bersama komunitas Banyuasin. Di blognya mohamadlatif.com ia masih suka menularkan rasa keegoisannya. Saat ini sedang sibuk mengerjakan sebuah buku terbarunya.

Hosting Unlimited Indonesia